Pasukan Filipina menemukan jasad kedua warga Vietnam itu di pulau Basilan pada Rabu (5/7) pagi waktu setempat. Basilan merupakan basis kelompok Abu Sayyaf yang dikenal kerap menculik untuk meminta uang tebusan.
"Ini langkah putus asa kelompok Abu Sayyaf karena mereka melihat bahzwa mereka tak mendapat keuntungan dari aktivitas penculikan untuk tebusan," ujar Petinglay kepada kantor berita AFP, Rabu (5/7/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Petinglay, para militan Abu Sayyaf saat ini menyandera total 22 orang, termasuk 16 warga asing. Abu Sayyaf dikenal kerap memenggal sanderanya jika tuntutan uang tebusan tidak dipenuhi.
Sebelumnya pada Februari lalu, warga Jerman, Jurgen Kantner (70) dipenggal setelah uang tebusan senilai 30 juta peso (US$ 600.000) yang diminta Abu Sayyaf, tidak dipenuhi. Pada tahun 2016, kelompok radikal tersebut juga memenggal dua sandera asal Kanada.
Abu Sayyaf yang dibentuk pada tahun 1990-an, kini telah pecah menjadi faksi-faksi, dengan sejumlah militan terus terlibat dalam aktivitas penculikan dan kejahatan lainnya. Salah satu faksi Abu Sayyaf telah menyatakan sumpah setia pada kelompok teroris ISIS, dengan para anggotanya termasuk mereka yang masih menguasai sejumlah wilayah di Marawi, Filipina. (ita/ita)











































