Disampaikan Istana Kepresidenan Filipina atau yang biasa disebut Malacanang, seperti dilansir media Filipina, GMA News Online, Kamis (22/6/2017), percakapan telepon Duterte dan Jokowi itu dilakukan pada Rabu (21/6) malam waktu setempat.
"Keduanya sama-sama menegaskan perlunya meningkatkan operasi untuk menghadapi ancaman terorisme dan ekstremisme sarat kekerasan," terang juru bicara kepresidenan Filipina, Ernesto Abella, dalam keterangannya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dan Presiden Widodo menegaskan komitmen Indonesia untuk mendukung Filipina dalam memberantas terorisme, termasuk memulihkan perdamaian dan stabilitas di Filipina bagian selatan," jelas Abella.
Militer Filipina saat ini tengah memerangi militan pro-ISIS (Islamic State of Iraq and Syria) yang menguasai beberapa wilayah di kota Marawi sejak 23 Mei lalu. Militan pro-ISIS itu memberikan perlawanan sengit yang membuat tentara Filipina sedikit kesulitan untuk memukul mundur mereka.
"Presiden (Duterte) juga menyambut baik komitmen Presiden Indonesia dan menekankan tekad penuh pemerintah Filipina untuk bekerja sama secara erat dengan Indonesia dan negara-negara yang memiliki opini senada dalam menangani isu-isu ini," imbuh Abella.
Percakapan telepon ini dilakukan menjelang rencana pertemuan para Menteri Luar Negeri dan Menteri Pertahanan dari tiga negara, yakni Filipina, Indonesia dan Malaysia pada Kamis (22/6) waktu setempat di Manila, Filipina. Pertemuan itu secara khusus dimaksudkan untuk membahas konflik yang terus berlangsung di Marawi.
Abella menyatakan, Duterte dan Jokowi sama-sama menekankan pentingnya pertemuan trilateral itu. "Pertemuan itu juga bertujuan untuk membantu kerja sama dalam memerangi terorisme di antara negara-negara bertetangga di kawasan ini," tandasnya.
(nvc/ita)











































