"Mundur dari kesepakatan Paris mengindikasikan kurangnya tanggung jawab pemerintahan AS terhadap komunitas global dan akan semakin mengisolasi mereka," ujar juru bicara Kemenlu Iran, Bahram Ghasemi seperti diberitakan AFP, Minggu (4/6/2017).
Trump telah mengumumkan pada Kamis (1/6) lalu, bahwa AS akan mundur pada kesepakatan paris 2015 tentang perubahan Iklim, bergabung dengan Suriah dan Nikaragua yang tidak menandatangani kesepakatan itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Iran saat ini menghadapi tantangan serius dari perubahan iklim. Negera itu mengalami musim kemarau dan badai pasir yang buruk, ditambah pengelolaan sumber air yang buruk.
"Masyarakat global harus memaksa pemerintah AS yang baru untuk mengimplementasikan komitmen internasionalnya secara tepat dan menyeluruh," tegasnya.
"Sangat penting untuk tidak menghindari kesepakatan global seperti kesepakatan Paris, yang merupakan simbol global kerja sama dan memperkuat multilateralisme," sambungnya.
Trump mengumumkan keputusannya itu di Rose Garden Gedung Putih. Dia menegaskan, AS akan berhenti menerapkan kesepakatan yang telah ditandatangani 195 negara itu, yang disebutnya sebagai 'kesepakatan buruk'.
"Saya tidak bisa, sesuai hati nurani, mendukung kesepakatan yang menghukum Amerika Serikat," sebut Trump.
Trump menyebut, kesepakatan itu membebani AS secara finansial dan ekonomi. Trump berulang kali menyebut kesepakatan yang ditandatangani pada era Presiden Barack Obama itu, sebagai kesepakatan yang tidak 'menempatkan Amerika sebagai yang terutama' dan terlalu lunak terhadap rival ekonomi AS seperti China, India juga Eropa.
(tfq/dnu)