Seperti dilansir Reuters, Jumat (2/6/2017), para demonstran berkumpul di dekat lokasi ledakan bom yang terjadi pada Rabu (31/5) lalu. Kebanyakan dari demonstran membawa foto-foto korban ledakan. Para demonstran juga membawa foto Presiden Ghani dan foto pemimpin eksekutif Afghanistan, Abdullah Abdullah. Mereka meminta Presiden Ghani dan Abdullah bertanggung jawab atas ledakan bom yang merenggut banyak nyawa itu.
Bentrokan terjadi antara para demonstran dengan polisi yang mengawal unjuk rasa. Polisi terpaksa menembakkan gas air mata dan menggunakan meriam air untuk menghalangi demonstran yang berusaha bergerak ke istana kepresidenan. Banyak demonstran melemparkan batu ke arah polisi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Setidaknya empat orang, termasuk anak seorang politikus ternama, tewas dalam bentrokan. Beberapa orang lainnya luka-luka.
Saat bentrokan masih berlangsung, rombongan demonstran lainnya berdatangan. Polisi kembali melepas tembakan demi memukul mundur para demonstran. Demonstran menyalahkan Presiden Ghani dan Abdullah atas ledakan bom yang demikian besar bisa terjadi di tengah wilayah Kabul. Serangan bom truk itu disebut sebagai salah satu yang terburuk di Kabul dalam beberapa tahun terakhir.
"Dunia internasional harus menekan mereka (Ghani dan Abdullah) dan memaksa mereka mundur. Mereka tidak mampu memimpin negara ini," tegas salah satu demonstran bernama Niloofar Nilgoon.
Baca juga: Menlu Pastikan WNI Selamat dari Ledakan Bom di Dekat KBRI Kabul
Belum ada kelompok maupun pihak tertentu yang mengklaim bertanggung jawab atas serangan bom itu. Namun intelijen Afghanistan menyalahkan jaringan Haqqani yang bersekutu dengan militan Taliban, berada di balik serangan tersebut. Kelompok Taliban sendiri telah membantah keterlibatan, seraya mengecam keras serangan bom yang terjadi pada awal bulan Ramadan itu.
Demonstran juga meminta pemerintah Afghanistan mengeksekusi mati para tahanan dari jaringan Haqqani. "Hingga kita melakukan itu, kita tidak akan mendapat kedamaian. Satu-satunya cara untuk mendapatkan keamanan adalah menghukum para pelaku kriminal," ucap demonstran lainnya, Asadullah.
Kemarahan sebagian besar demonstran tertuju pada pemerintahan Afghanistan yang didukung negara-negara Barat. Pemerintah dianggap gagal dalam menjamin keamanan di wilayahnya, terutama setelah tentara-tentara asing meninggalkan Afghanistan.
"Ghani! Abdullah! Mundur! Mundur!" demikian bunyi salah satu spanduk yang juga menampilkan foto anak-anak berlumuran darah.
(nvc/ita)











































