Bom Meledak di Arab Saudi, 2 Polisi Luka-luka

Bom Meledak di Arab Saudi, 2 Polisi Luka-luka

Rita Uli Hutapea - detikNews
Selasa, 30 Mei 2017 18:33 WIB
Bom Meledak di Arab Saudi, 2 Polisi Luka-luka
Foto: Ilustrasi
Riyadh - Sebuah bom meledak di wilayah Awamiya di Arab Saudi bagian timur. Akibatnya, dua polisi mengalami luka-luka dalam insiden tersebut.

Juru bicara Kementerian Dalam Negeri Saudi menyatakan seperti dikutip kantor berita Saudi Press Agency (SPA) dan dilansir Reuters, Selasa (30/5/2017), dua polisi Saudi yang terluka telah dibawa ke rumah sakit. Tidak disebutkan lebih detail mengenai kondisi keduanya saat ini.

Dikatakan juru bicara tersebut, sebuah bom rakitan meledak di pinggiran kawasan tua Desa Awamiyah, atau yang dikenal sebagai al-Mosara pada Senin (29/5) pagi waktu setempat. Kawasan tersebut sebagian besar dihuni oleh warga Syiah.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Kepolisian tengah menyelidiki lebih lanjut insiden ini. Serangan seperti ini merupakan yang kedua kalinya terjadi dalam dua pekan terakhir. Sebelumnya pada 16 Mei lalu, seorang tentara Saudi tewas dan lima tentara lainnya luka-luka ketika pria-pria bersenjata menembakkan sebuah granat berpeluncur roket ke mobil patroli tentara di Awamiya setelah otoritas mulai menghancurkan kota tua tersebut.

Otoritas Saudi mengklaim jalan-jalan sempit di Mosara, yang dibangun pada era kekuasaan Ottoman lebih dari 200 tahun silam, telah menjadi tempat persembunyian para militan yang diyakini mendalangi serangan-serangan terhadap pasukan keamanan di wilayah tersebut. Otoritas Saudi menyatakan, distrik modern yang terdiri dari pusat-pusat perbelanjaan, gedung-gedung perkantoran dan taman-taman nantinya akan dibangun di kota tersebut.

Namun para pakar PBB mengkritik upaya yang tengah berlangsung untuk menghancurkan Mosara dan menuding pemerintah Saudi menghilangkan warisan budaya, melanggar HAM dan memaksa warga meninggalkan rumah-rumah mereka.

Awamiya telah menjadi lokasi aksi-aksi protes antirezim sejak tahun 2011. Para demonstran menuntut kebebasan berbicara, pembebasan para tahanan politik dan penghentian diskriminasi ekonomi dan agama terhadap warga Syiah. Aksi-aksi demo meningkat setelah eksekusi mati ulama ternama Syiah, Sheikh Nimr al-Nimr pada Januari 2016. (ita/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads