Seperti dilansir kantor berita Reuters, Selasa (30/5/2017), Presiden Panama Juan Carlos Varela mengumumkan wafatnya Noriega lewat Twitter pada Senin (29/5) malam waktu setempat, dan menyebutkan bahwa kematiannya menandai akhir sebuah babak dalam sejarah Panama.
Noriega yang memimpin Panama pada tahun 1983 hingga 1989, menjadi mata-mata untuk Badan Intelijen Pusat AS atau CIA hingga AS menginvasi dan menggulingkan pemerintahannya yang korup.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sebagai pendukung kuat AS, Noriega menjadi sekutu penting dalam upaya Washington untuk melawan pengaruh komunisme di Amerika Tengah. Namun keadaan berubah sejak AS mengerahkan hampir 28 ribu tentara untuk melakukan invasi ke Panama di tahun 1989. Militer AS kemudian melakukan operasi perburuan dari rumah ke rumah untuk menangkap Noriega.
Dia kemudian dipenjara di AS karena tuduhan penggunaan narkoba dan pencucian uang. Dia juga dihukum di Prancis dan kemudian di Panama karena pembunuhan, korupsi, dan penggelapan uang.
Noriega menjalani operasi pada Maret lalu untuk mengangkat tumor otaknya, namun dia mengalami pendarahan dan harus kembali dioperasi. Dia terus berada dalam kondisi koma sejak operasi kedua tersebut.
Seorang pejabat pemerintah Panama menyatakan, Noriega meninggal pada Senin (29/5) sekitar pukul 23.00 waktu setempat setelah kondisinya tiba-tiba memburuk.
(ita/ita)