Terapkan Darurat Militer, Duterte Punya Pesan Untuk Para Teroris

Terapkan Darurat Militer, Duterte Punya Pesan Untuk Para Teroris

Novi Christiastuti - detikNews
Rabu, 24 Mei 2017 11:00 WIB
Rodrigo Duterte (REUTERS/Ezra Acayan/File Photo)
Manila - Dua tentara dan satu polisi Filipina tewas dalam bentrokan maut di Marawi, Lanao del Sur, Mindanao. Presiden Filipina Rodrigo Duterte bersumpah akan menindak aksi terorisme dengan keras.

Seperti dilansir Reuters, Rabu (24/5/2017), bentrokan sengit terjadi di Marawi, pada Selasa (23/5) waktu setempat, saat tentara Filipina melakukan penggerebekan terhadap kelompok militan Maute, yang mengaitkan diri dengan kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).

Militan Maute yang menguasai kota Marawi, dilaporkan berhasil mengambil alih sejumlah gedung dan membakar sekolah, gereja, juga fasilitas penahanan setempat. Sedikitnya dua tentara dan satu polisi Filipina tewas, sedangkan 12 orang lainnya luka-luka dalam bentrokan itu.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Baca juga: Militer Filipina Serang Area yang Diduduki ISIS di Kota Marawi

Dampak dari bentrokan maut ini, Duterte mempersingkat kunjungannya ke Rusia untuk pulang ke Filipina. Dia kemudian memberlakukan darurat militer di Pulau Mindanao. Darurat militer itu dinyatakan akan berlangsung selama satu tahun jika memang diperlukan.

"Untuk seluruh rekan sebangsa saya, yang pernah menjalani darurat militer, ini tidak akan banyak berbeda dengan yang dilakukan Presiden (Ferdinand) Marcos. Namun saya akan keras," tegas Duterte dalam pernyataannya yang disampaikan dalam penerbangan kembali ke Manila.

"Jika dibutuhkan waktu setahun untuk melakukannya, maka kita akan melakukannya. Jika sudah selesai dalam sebulan, maka saya akan senang. Untuk rekan sebangsa saya, jangan takut. Saya akan pulang. Saya akan menangani masalah ini begitu saya tiba," imbuh presiden yang berasal dari Mindanao ini.

Baca juga: Serangan di Marawi Tewaskan 1 Polisi, Warga Diminta Tetap di Rumah

Filipina pernah berada di bawah hukum darurat militer selama satu dekade saat era mendiang Marcos pada awal tahun 1970-an.

Juru bicara militer Filipina, Edgar Arevalo, menyatakan optimis pihaknya bisa mengakhiri konflik di Marawi dengan cepat. Tujuan dari operasi militer di Marawi adalah untuk menangkap Isnilon Hapilon, pemimpin kelompok Abu Sayyaf yang juga menjadi buronan Amerika Serikat (AS).

Maute dan Abu Sayyaf sama-sama menyatakan sumpah setia pada ISIS. Namun Arevalo menegaskan, sejauh ini tidak ada ISIS di wilayah Filipina. "Kelompok ini berpura-pura menjadi ISIS, mereka berusaha mendapat persetujuan ISIS yang hingga sekarang belum mereka terima, itulah mengapa mereka melanjutkan kekejaman mereka," jelasnya.

(nvc/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads