Philippe menyebut ledakan yang menewaskan 22 orang, termasuk beberapa anak-anak tersebut sebagai "kejahatan keji."
"Bentuk terorisme yang paling pengecut telah terjadi kembali, menargetkan -- seperti halnya di Paris lebih dari setahun lalu -- sebuah tempat konser," ujar Philippe dalam statemen seperti dilansir kantor berita Reuters, Selasa (23/5/2017). PM Prancis itu menyinggung tentang serangan serupa di gedung konser Bataclan di Paris, Prancis pada November 2015 silam.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepolisian Inggris telah menyatakan bahwa ledakan di luar gedung Manchester Arena pada Senin (22/5) malam waktu setempat tersebut merupakan aksi bom bunuh diri yang dilakukan oleh seorang pria.
"Kami yakin, pada tahap ini, serangan semalam dilakukan oleh seorang pria," ujar Kepala Polisi Manchester Ian Hopkins seperti dilansir kantor berita Reuters, Selasa (23/5/2017).
"Prioritasnya adalah mengetahui apakah dia bertindak seorang diri atau sebagai bagian dari sebuah jaringan," imbuhnya.
Dikatakannya, pelaku membawa bahan peledak yang diledakkannya di lokasi. Pelaku pun dipastikan tewas dalam aksinya.
Selain menewaskan 22 orang, sekitar 50 orang lainnya luka-luka akibat ledakan ini. Laporan awal menyebut beberapa korban tewas terinjak-injak saat kepanikan terjadi sesaat usai ledakan. Ledakan itu terjadi sesaat setelah penyanyi pop terkenal Amerika Serikat, Ariana Grande menyelesaikan konser dan meninggalkan panggung. Titik ledakan dilaporkan ada di lorong pintu keluar Manchester Arena, bukan di dalam arena konser.
(ita/ita)











































