Seperti dilansir Reuters, Jumat (10/5/2017), objek mirip drone atau pesawat tanpa awak itu terbang di dekat salah satu kapal China tersebut. Insiden ini terjadi di dekat gugusan kepulauan Laut China Timur yang menjadi sengketa, pada Kamis (18/5) waktu setempat.
Pihak Patroli Laut Jepang menyebut momen tersebut menjadi yang pertama saat keberadaan sebuah drone di dekat pulau yang menjadi sengketa. Sementara insiden pelanggaran wilayah oleh kapal patroli China sudah terjadi 13 kali sepanjang tahun ini.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"(Insiden) Ini memperparah situasi dan sungguh tidak bisa diterima. Kami menganggap ini sebagai pelanggaran serius terhadap kedaulatan Jepang," ujar Menteri Pertahanan Jepang, Tomomi Inada, dalam konferensi pers.
Inada menyebut dua jet tempur F-15, satu pesawat peringatan jenis E-2C dan satu pesawat pengintai AWACS dikerahkan untuk mencegat empat kapal China itu. Dirjen Biro Urusan Oceania dan Asia pada Kementerian Luar Negeri Jepang, Kenji Kanasugi, telah melayangkan protes keras ke Kedutaan Besar China di Tokyo via telepon terkait insiden itu.
Dalam pernyataan terpisah, juru bicara Kementerian Luar Negeri China, Hua Chunying, menyebut drone itu diterbangkan oleh media terkait untuk foto dari udara. Namun dia tidak menyebut nama media yang dimaksud.
"Ini bukan aksi militer seperti yang dibesar-besarkan oleh beberapa media," sebut Hua.
Hua menyebut, wilayah perairan yang menjadi lokasi insiden masih menjadi wilayah China, sehingga China memiliki hak untuk melakukan patroli laut secara wajar. "Untuk perwakilan atau protes dari pihak Jepang, tentu kami tidak bisa menerimanya," tegasnya. (nvc/ita)











































