Dilansir AFP, Minggu (7/5/2017), akibat dua ledakan itu dua orang tewas dan enam orang lainnya terluka. Lokasi ledakan terletak di dekat dekat masjid di Quiapo, satu dari bagian tertua dari Manila.
Kepala kepolisian kota Oscar Albayalde mengatakan bom itu diduga kuat menyasar salah satu Imam Syiah Nasser Abinal yang juga petugas pajak untuk wilayah Manila. Abinal diketahui tidak berada di kantor saat terjadinya ledakan itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ledakan itu disebabkan oleh bom yang dimasukkan dalam sebuah paket yang dibawa seseorang kurir. Bom itu meledak saat paket itu diserahkan ke ajudan Abinal dan menewaskan keduanya.
Albayalde mengatakan ledakan kedua terjadi di tempat yang sama pukul 08.30 malam waktu setempat. Polisi yang memeriksa kawasan usai ledakan pertama menjadi terluka gara-gara ledakan kedua.
"Peristiwa ini tidak ada hubungannya dengan terorisme. Tidak ada indikasi jika ini dilakukan kelompok teror baik lokal maupun mancanegara," tegasnya.
Meski begitu, ISIS telah mengklaim dua ledakan itu sebagai ulahnya. "Lima Syiah tewas, enam lainnya terluka dalam serangan bom yang dilakukan pejuang ISIS di pusat kota Manila," ujar pernyataan agen propaganda ISIS, Amaq.
Albayalde mengatakan jika ISIS hanya mengambil keuntungan dalam insiden tersebut. Seperti diketahui ISIS kerap menyerang negara lain yang dihuni kelompok Syiah.
Albayalde menegaskan jika serangan itu menargetkan Abinal. Dia menambahkan serangan itu juga bisa terkait dengan urusan pribadinya baik pekerjaan maupun keyakinannya.
Ketegangan kembali terjadi setelah polisi mengepung benda mencurigakan berupa tas mencurigakan di lokasi tersebut, Minggu (7/5). Robot penjinak bom kemudian memastikan jika benda itu tidak berbahaya.
Juru Bicara Presiden Filipina Rodrigo Duterte, Ernesto Abella, mengimbau masyarakat tetap waspada dan menghindari untuk menyebarkan berita palsu agar tidak memicu kepanikan massal.
Mayoritas orang Filipina memang Katholik. Namun minoritas Muslim juga tidak sedikit, mereka tinggal di Quiapo. Ledakan pertama merusak bagian dari Pusat Islami (Islamic centre) dan memecahkan pintu bangunan-bangunan sekitar.
Sebelumnya, ledakan terjadi di tempat yang sama pada sepekan lalu. 14 Orang terluka. Ledakan kala itu bersamaan dengan adanya gelaran pertemuan pemimpin negara-negara di Asia Tenggara, meski jaraknya terpisah beberapa kilometer.
ISIS mengklaim bertanggung jawab terhadap ledakan 26 April itu. Namun Polisi menegaskan itu bukanlah serangan teroris atau yang ditujukan untuk mengacau pertemuan pemimpin politik
(ams/bpn)











































