Pengamat: Aktivis Sayap Kanan AS Dorong Sebaran Retasan Macron

Pengamat: Aktivis Sayap Kanan AS Dorong Sebaran Retasan Macron

Danu Damarjati - detikNews
Minggu, 07 Mei 2017 06:26 WIB
Capres Prancis, Emmanuel Macron (Reuters)
Washington - Dokumen kampanye calon presiden Prancis, Emmanuel Macron, diretas orang. Dokumen itu disebarkan ke publik, diduga dalam bentuk yang sudah menyimpang. Pengamat menilai aktivis sayap kanan Ameriksa Serikat (AS), WikiLeaks, dan bot-bot (program komputer) ikut memperkuat penyebaran dokumen hasil retasan yang merugikan Macron itu.

Dilansir AFP, Minggu (7/5/2017), amatan ini muncul dari Laboratorium Forensik Digital The Atlantic Council. Bot-bot yang telah terotomatisasi dan akun Twitter WikiLeaks juga mendorong dokumen bocoran itu. Dokumen itu keluar dua hari sebelum hari pemungutan suara Prancis.

Fenomena ini sekaligus memunculkan pertanyaan, sudah sejauh mana perusahaan media sosial bisa efektif membatasi ruang gerak akun palsu. Twitter menolak untuk berkomentar terkait langkah yang diperlukan untuk mengatasi distribusi bocoran dokumen Macron itu. Facebook juga tidak merespons permintaan tanggapan.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Menurut senior Atlantic Council, Ben Nimmo, Hashtag #MacronLeags mencapai 47 ribu cuitan dalam tiga setengah jam setelahnya. Pertama, hashtag itu digunakan Jack Posobiec, penulis di Wahington untuk organisasi berita kanan-jauh (far-right), The Rebel. Posobiec adalah pendukung Donald Trump.

Posobiec punya pengikut lebih dari 100 ribu akun. Saat Reuters mengontak, Posobiec mengatakan dia tidak mengoperasikan bot-bot dan dia menggunakan akunnya sendiri untuk menyebarkan pesan.

Bot-bot itu membantu hashtag untuk bergerak dari AS ke Prancis, berdasarkan Nimmo, suvei menunjukkan capres kanan-jauh Marine Le Pen membuntuti Macron lebih dari 20 poin.

Hukum pemilu Prancis melarang para calon untuk berkomentar selama Sabtu sampai penghitungan suara ditutup pada Minggu.

WikiLeaks yang sering mempublikasikan email yang teretas milik Demokrat selama Pilpres 2016, kini memberi perhatian besar pada Twitter kaitannya dengan email Macron yang bocor itu. Grup WikiLeaks memang tak menerbitkan informasi email bocor dari Macron, namun mereka mencuit tentang kebocoran itu selama 15 kali. WikiLeaks tak menanggapi permintaan berkomentar.

Sejumlah peneliti juga mengamati penggunaan frasa identik di blog-blog tentang bocoran itu. Diduga, penggunaan frasa identik ini untuk mendorong ranking pencarian Google Alphabet Inc. Google juga tak menanggapi permintaan komentar terkait hal ini.

Sekitar sembilan gigabita data diduga sebagai dokumen dari Macron telah diunggah di Pastebin, situs yang mengizinkan pembagian dokumen secara anonim. Di Perancis, media massa sudah diwanti-wanti komisi pemilihan umum setempat untuk tidak ikut-ikutan menyebarkan konten itu di saat masa tenang jelang pemungutan suara ini.

(dnu/dnu)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads