Wanita Penerjemah FBI Nikahi Militan ISIS

Wanita Penerjemah FBI Nikahi Militan ISIS

Novi Christiastuti - detikNews
Rabu, 03 Mei 2017 11:04 WIB
Ilustrasi (BBC World)
Washington DC - Seorang wanita penerjemah Biro Investigasi Federal (FBI) dilaporkan menikahi seorang anggota kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS) yang dimata-matainya. Wanita penerjemah ini tertarik dengan anggota ISIS itu dan diam-diam pergi ke Suriah untuk menikah.

Kisah seorang penerjemah FBI bernama Daniela Greene tersebut terungkap ke publik baru-baru ini. Menurut dokumen pengadilan kasus Greene, seperti dilansir AFP, Rabu (3/5/2017), kasus ini berawal saat Greene menuturkan kepada koleganya di kantor FBI cabang Detroit, bahwa pada Juni 2014, dirinya akan terbang ke Jerman untuk menemui orangtuanya selama beberapa minggu.

Namun ternyata Greene terbang ke Turki, lalu menyelinap ke perbatasan untuk bertemu dan menikahi seorang militan ISIS. Tidak disebut lebih lanjut identitas militan ISIS itu. Tapi CNN mengidentifikasinya sebagai Denis Cuspert, mantan rapper Jerman yang memiliki nama alias Deso Dogg.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

Cuspert masuk dalam daftar teroris AS sejak awal tahun 2015. Departemen Luar Negeri AS menyebutnya sebagai perekrut ISIS yang fokus pada calon militan berbahasa Jerman. Disebutkan juga bahwa Cuspert beberapa kali muncul dalam video propaganda ISIS.

Tak diketahui pasti bagaimana Cuspert, yang juga dikenal sebagai Abu Talha al-Almani, merayu Greene hingga membuatnya ingin menikahinya. Dokumen pengadilan menyebut keduanya berkomunikasi secara privat via akun Skype milik Cuspert yang tidak dilaporkan Greene ke FBI.

Greene yang lahir di Cekoslovakia dan pernah menikahi seorang tentara AS, mulai bekerja di FBI sejak tahun 2011. Dia bekerja dengan baik hingga dia menghilang misterius sejak Juni 2014. Greene disebut memiliki akses keamanan pada 'rahasia negara' AS.

Disebutnya juga dalam dokumen pengadilan itu, bahwa Greene akhirnya menyesali pernikahannya. Greene menikahi Cuspert segera setelah dirinya tiba di Suriah pada 27 Juni 2014. Namun dalam hitungan hari, Greene yang kini berusia 38 tahun, ingin keluar dari Suriah.

"Saya sungguh membuat kekacauan kali ini. Saya tidak tahu berapa lama saya bertahan di sini, tapi tidak masalah, semuanya sudah terlambat," ucap Greene via email kepada rekannya. Greene mengaku sadar dirinya bisa dipenjara bertahun-tahun jika pulang ke AS.

Dokumen pengadilan tidak menjelaskan lebih lanjut bagaimana Greene keluar dari wilayah ISIS di Suriah. Tapi pada Agustus 2014, kurang dari dua bulan setelah dia pergi ke Suriah, Greene telah tiba kembali ke AS dan akhirnya ditangkap.

Dia mengakui kesalahannya dan bekerja sama dengan jaksa federal AS. Greene mengaku bersalah atas dakwaan memberikan keterangan palsu terkait terorisme internasional, merujuk pada perjalanan diam-diam ke Suriah. Dia pun divonis 24 bulan penjara dan sudah bebas tahun lalu.

(nvc/ita)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 


Hide Ads