Seperti dilansir kantor berita Reuters, Selasa (2/5/2017), ribuan demonstran turun ke jalan-jalan di New York, Washington, Los Angeles, San Francisco dan wilayah-wilayah lainnya untuk menggelar aksi demo May Day pada Senin, 1 Mei waktu setempat.
Para demonstran juga memprotes upaya Trump -- yang saat ini tertunda akibat keputusan pengadilan -- untuk melarang para pendatang dari sejumlah negara muslim dan menghentikan sementara masuknya semua pengungsi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kepolisian setempat menyatakan para pelaku sebagai pelaku anarkis. Polisi telah menangkap tiga orang dari mereka.
Di sejumlah kota, toko-toko yang dikelola para imigran dan tempat-tempat usaha lainnya ditutup sementara sebagai solidaritas untuk aksi-aksi demo May Day. Bahkan banyak demonstran yang memilih kehilangan upah harian mereka dengan tidak bekerja agar bisa ikut berdemo.
"Uang akan datang kembali nanti, namun tidak kesempatan ini, tidak hari ini," cetus David Anaya (44), imigran ilegal asal Meksiko, yang rela kehilangan upah US$ 300 yang biasanya didapatnya sebagai tukang las. Anaya memilih bergabung bersama ribuan demonstran di Taman MacArthur di dekat pusat kota Los Angeles.
Aksi-aksi demo May Day di AS difokuskan untuk memprotes tindakan keras pemerintahan Trump terhadap para imigran ilegal, termasuk meningkatnya penangkapan para imigran gelap untuk kemudian dideportasi.
(ita/ita)











































