Seperti dilansir Reuters, Kamis (20/4/2017), niat menyerahkan diri itu disampaikan melalui seorang utusan. Si pemimpin Abu Sayyaf yang dimaksud bernama Radullan Sahiron yang berusia lebih dari 70 tahun. Sahiron juga disebut masuk daftar buronan Amerika Serikat (AS) terkait penculikan sejumlah turis negara Barat sekitar 17 tahun lalu.
Brigadir Jenderal Cirilito Sobejana yang merupakan komandan militer Filipina untuk wilayah Pulau Jolo, yang menjadi markas kuat Abu Sayyaf, menyatakan dirinya telah bertemu dengan seorang utusan yang berniat merundingkan penyerahan diri Sahiron.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pada Februari lalu, Menteri Pertahanan Filipina Delfin Lorenzana menuturkan kepada Reuters bahwa Sahiron mengalami perbedaan serius dengan pemimpin Abu Sayyaf lainnya yang berusia lebih muda, yang ingin beraliansi dengan kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Lorenzana menyatakan, militer Filipina memiliki informasi intelijen kredibel yang mengindikasikan ISIS ingin menapakkan kaki di negara itu.
Ditambahkan Sobejana bahwa persoalan Abu Sayyaf di Filipina bagian selatan 'terselesaikan sebanyak 60-70 persen' jika Sahiron dan para pengikutnya di Jolo melakukan gencatan senjata dan menyerahkan diri. Namun ada kemungkinan pengganti Sahiron memiliki lebih banyak agenda militan.
Filipina mengerahkan nyaris 10 ribu tentara ke wilayah Jolo, untuk melawan Abu Sayyaf yang banyak mendalangi pembajakan kapal dan penculikan warga asing. Presiden Filipina Rodrigo Duterte pada Rabu (19/4) waktu setempat, mengatakan dirinya mungkin akan memerintahkan tentara Filipina untuk 'menginvasi' Jolo demi 'menyelesaikan permainan'.
Pernyataan itu ditegaskan Duterte setelah Filipina berhasil menggagalkan upaya penculikan turis oleh Abu Sayyaf, pekan lalu.
(nvc/tor)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini