Seperti dilansir AFP dan Reuters, Senin (17/4/2017), ISIS diketahui secara berkala melancarkan serangan dengan senjata kimia di Irak. Namun selama ini jumlah korban tewas maupun dampak dari serangan ISIS itu cenderung kecil. Serangan bom ISIS jauh lebih mematikan.
"Kelompok teroris Daesh berusaha untuk memblokir pergerakan pasukan kami dengan menggunakan mortir yang diisi material kimia beracun, tapi efeknya terbatas," terang Komando Operasi Gabungan Irak dalam pernyataannya, merujuk pada nama Arab ISIS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pernyataan Komando Operasi Gabungan itu hanya menyebut bahwa serangan terjadi terhadap pasukan Irak saat operasi merebut kembali Mosul dari ISIS. Namun tidak disebut secara spesifik lokasi serangan itu.
Secara terpisah kepada Reuters, Kepolisian Federal Irak menyebut bahwa ISIS menyerang pasukan pemerintah Irak dengan mortir yang berisi zat kimia di wilayah Urouba dan Bab Jadid. Serangan itu disebut kepolisian hanya memicu luka ringan.
Pasukan Irak dengan dibantu milisi setempat juga koalisi pimpinan Amerika Serikat (AS) bertempur melawan ISIS untuk merebut kembali Mosul bagian barat sejak awal tahun ini. ISIS menguasai sebagian besar wilayah Irak bagian utara dan barat sejak tahun 2014. Namun operasi militer Irak dengan dibantu serangan udara koalisi AS berhasil merebut kembali beberapa wilayah yang dikuasai ISIS.
Namun hingga kini ISIS masih menguasai sebagian wilayah Mosul, kota terbesar kedua di Irak. Selain Mosul, ISIS juga masih menguasai sebagian wilayah Provinsi Kirkuk.
(nvc/ita)











































