Teror di Nice terjadi pada Kamis, 14 Juli 2016 lalu. Truk seberat 19 ton melaju secara zig-zag sejauh 2 kilometer dan menerjang orang-orang yang berkumpul di Promenade des Anglais. Saat itu, orang-orang sedang asyik menyaksikan pertunjukan kembang api dalam rangka perayaan Bastille Day atau kemerdekaan Prancis.
Sebanyak 84 orang tewas dan ratusan terluka orang tewas akibat kejadian itu. Pelaku dibekuk tak lama setelah kejadian. Dia adalah Mohamed Lahouaiej Bouhlel (31), warga keturunan Tunisia yang sudah lama tinggal di Nice.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sementara teror truk di Belin, Jerman, terjadi di pasar Natal pada Senin, 19 Desember 2016. 12 Orang tewas dan puluhan terluka.
Sehari setelah kejadian, Selasa, 20 Desember 2016 sore, pelaku yang diduga terlibat berhasil ditangkap. Keduanya, berusia 28 dan 31 tahun, lahir di Kosovo, ditangkap Jumat dini hari di Duisburg. Sementara orang yang diyakini sebagai sopir truk, Anis Amri (24), warga Tunisia, tewas dalam baku tembak dengan kepolisian di Milan, Italia.
Sama seperti pelaku teror truk di Nice, Amri juga mempunyai catatan kriminal. Selain membajak truk, dia pernah terdeteksi melakukan serangan bunuh diri.
Nah, Jumat (7/4) kemarin, teror itu terulang di Stokcholm. Truk pengangkut bir ditabrakkan ke kerumunan orang di pusat perbelanjaan Drotninggatan, Stockholm. 4 Pejalan kaki tewas. Pascakejadian, seorang ditangkap karena diduga terkait serangan itu, beberapa lainnya tengah diburu.
Mengapa pelaku beraksi menggunakan truk atau mobil? Para pakar menyebut taktik menabrak kerumunan orang menghindarkan kebutuhan mencari peledak atau senjata api. Taktik serangan ini mudah dilakukan oleh penyerang individu tanpa jaringan militan yang luas. Pelaku memiliki risiko kecil untuk ketahuan atau terdeteksi oleh otoritas keamanan.
"Serangan semacam ini tidak butuh persiapan khusus, ini sangat murah, masuk jangkauan siapa saja," ucap pakar terorisme dan anggota parlemen Inggris dari Partai Sosialis Prancis, Sebastien Pietrasanta, seperti dilansir Reuters, Kamis 23 Maret 2017, mengomentari serangan mobil ke kerumunan di London.
"Seringkali serangan semacam ini merupakan kasus aksi individu. Serangan ini cukup spontan," imbuhnya. (try/aan)