Dilaporkan media lokal Jerman, Hessischer Rundfunk, seperti dilansir AFP, Sabtu (1/4/2017), mahasiswa Suriah berusia 36 tahun itu diketahui kuliah untuk mendapat gelar doktor dari Darmstadt Technical University, Jerman.
Dia pernah diselidiki atas dugaan keterkaitan dengan kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Penyidik setempat menyita telepon genggam dan peralatan elektronik lainnya milik pria itu. Saat melakukan pemeriksaan, penyidik menemukan instruksi perakitan bom. Temuan itu membuat otoritas Jerman memperluas penyelidikan mereka.
Secara terpisah, pengacara pria Suriah itu berargumen kliennya mengunduh instruksi perakitan bom itu tahun 2014. Temuan instruksi perakitan bom itu, sebut sang pengacara, tidak bisa dijadikan bukti mentah-mentah untuk menuding kliennya merencanakan serangan bom.
Penyelidikan ini berlangsung saat German sedang dalam kondisi siaga tinggi terhadap setiap ancaman teror. Dalam beberapa waktu terakhir, serangan teror melanda negara ini yang salah satunya menewaskan 12 orang di Pasar Natal Berlin pada 19 Desember 2016, saat sebuah truk menabrak kerumunan orang.
(nvc/fdn)