Seperti dilansir Reuters, Rabu (29/3/2017), sedikitnya 9 korban masih hilang dari 304 korban tewas dalam tragedi tenggelamnya kapal feri Sewol pada 16 April 2014 lalu. Sebagian besar korban tewas merupakan remaja yang sedang ikut dalam perjalanan sekolah ke Pulau Jeju, dari Incheon. Hasil penyelidikan menyatakan kapal feri itu kelebihan muatan dan melaju terlalu cepat saat berbelok. Selama bertahun-tahun, bangkai kapal itu karam di dasar lautan dan akhirnya baru diangkat ke permukaan pada pekan lalu.
![]() |
Dalam pernyataan pada Selasa (28/3), Lee Cheol-Jo, pejabat Korsel yang memimpin satuan tugas Kementerian Kelautan dan Perikanan yang melakukan operasi pengangkatan Sewol ini menyebut, ditemukan enam potongan tulang yang diduga berasal dari setidaknya satu korban yang belum ditemukan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Kementerian Kelautan Korsel pun mengklarifikasi pernyataannya. Lee menyebut, potongan tulang itu memiliki panjang bervariasi mulai dari 4 cm hingga 18 cm. Potongan tulang itu muncul melalui jendela kapal, begitu bangkai kapal terangkat ke permukaan laut.
![]() |
Klarifikasi pemerintah Korsel ini, seperti dilansir AFP, memicu sindiran dari media-media setempat. Dalam halaman depan pada Rabu (29/3), Hankook Ilbo memasang judul: "Kementerian Kelautan memberikan keluarga korban pukulan ganda."
"Keluarga korban yang hilang telah melewati surga dan neraka saat pemerintah secara ceroboh memberikan pengumuman penting tanpa memeriksa fakta dasar," imbuh Hankook Ilbo.
![]() |
Harian Dong-A Ilbo menyebut pemerintah Korsel terlalu terburu-buru dalam memberi pengumuman. "Kementerian Kelautan melakukan kesalahan bodoh, lagi," tulis Dond-A Ilbo dalam halaman utamanya, sembari menyebut bahwa tulang hewan dan manusia mudah dibedakan dengan mata telanjang.
Bangkai kapal seberat lebih dari 6.800 ton itu diangkat dengan menggunakan dua kapal semi-selam (semi-submersible) berukuran raksasa dalam operasi yang super rumit. Bangkai kapal masih dalam bentuk utuh saat muncul ke permukaan dengan posisi miring ke samping. Bangkai kapal itu selanjutnya akan dibawa ke pelabuhan terdekat untuk diperiksa lebih lanjut.
![]() |
Keluarga korban, terutama keluarga 9 korban yang masih hilang, menggelar doa bersama di dekat kapal. Pemuka agama Katolik, Kristen Protestan dan Buddha bergantian membacakan doa untuk para korban.
Dari jumlah korban tewas, 250 orang di antaranya merupakan remaja dari satu sekolah yang sama. Kebanyakan dari para remaja itu dilaporkan mematuhi instruksi awak kapal untuk tetap berada di dalam kabin, saat badan kapal mulai miring. Bahkan ketika awak dan kapten kapal menyelamatkan diri, para remaja itu masih berada di dalam kapal.
![]() |
Upaya penyelamatan yang gagal dan besarnya jumlah siswa sekolah yang menjadi korban, memicu kemarahan rakyat Korsel. Banyak pihak yang menuding mantan Presiden Korsel Park Geun-Hye dan pemerintahannya lalai dalam insiden itu. Kapten kapal itu telah ditangkap dan dinyatakan bersalah atas dakwaan pembunuhan pada tahun 2015. Dia dijatuhi vonis penjara seumur hidup. Belasan awak kapal itu juga diadili dan divonis hukum lebih ringan. Dalam insiden semacam ini, kapten dan awak kapal seharusnya keluar paling terakhir, setelah seluruh penumpang diselamatkan.
Baca juga: Dramatisnya Pengangkatan Bangkai Kapal Sewol
(nvc/fjp)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini