Hal tersebut disampaikan Letnan Jenderal Kenneth S. Wilsbach kepada para anggota parlemen saat pertemuan Komisi Dinas Bersenjata Gabungan Kongres AS seperti dilansir News.com.au, Sabtu (25/3/2017).
Dikatakan komandan senior militer AS tersebut, para pejabat militer yang ditempatkan di Alaska prihatin akan kemajuan Korut dalam mengembangkan rudal-rudal balistik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ditekankan Wilsbach, Alaska mendapatkan dana anggaran US$ 561 juta untuk menyelesaikan proyek-proyek militer yang tengah berlangsung di negara bagian tersebut selama tahun fiskal 2017. Anggaran tersebut digunakan untuk memperbarui sebuah sistem jaringan rudal dan mempersiapkan Pangkalan Angkatan Udara Eielson untuk menampung dua skuadron jet tempur F-35, yang totalnya 54 pesawat, hingga tahun 2020 mendatang.
Dikatakannya, ada fasilitas-fasilitas militer AS di Alaska yang bisa menjadi target serangan rudal maupun nuklir Korut. "Jadi karena itulah kita punya pasukan yang mampu mempertahankan negara dari sini," ujarnya.
Dalam lingkaran militer AS, Alaska sering disebut sebagai baris terakhir pertahanan terhadap serangan nuklir dari musuh-musuh seperti Korut.
Saat ini ketegangan meningkat antara Washington dan Pyongyang, yang marah atas latihan perang gabungan AS-Korea Selatan (Korsel) di Semenanjung Korea belum lama ini. Korut makin geram setelah AS memulai instalasi sistem rudal canggih di sebuah pangkalan udara di Korsel awal bulan ini. Washington juga mengerahkan kapal-kapal bertenaga nuklir dan pesawat militer ke wilayah Korea.
(ita/ita)











































