Hal tersebut disampaikan Duterte setelah Parlemen Eropa mengeluarkan sebuah resolusi pekan lalu yang mengecam "tingginya jumlah pembunuhan di luar hukum" dalam kampanye antinarkoba Duterte.
Dalam resolusi tersebut, para anggota parlemen Eropa juga menyerukan Dewan HAM PBB melakukan penyelidikan atas perang narkoba Duterte. Mereka juga menyatakan kekhwatiran mendalam atas rencana Duterte memberlakukan kembali hukuman mati.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Duterte yang dilantik menjadi presiden pada pertengahan 2016 lalu, memerintahkan perang habis-habisan melawan narkoba. Kepolisian Filipina telah melaporkan lebih dari 2.500 orang tewas dalam perang tersebut. Namun menurut kelompok-kelompok HAM, ada lebih dari 5 ribu kematian lainnya terkait perang tersebut.
Duterte bersikeras bahwa dirinya tidak pernah meminta aparat kepolisian untuk melanggar hukum. Meski pada beberapa kesempatan, dia menyerukan untuk membunuh jutaan pecandu narkoba dan bersumpah akan mengampuni para polisi yang dinyatakan bersalah atas pembunuhan.
Pada Minggu, 19 Maret, Duterte bahkan mengingatkan bahwa lebih banyak orang yang akan tewas.
"Lebih banyak orang akan tewas. Saya katakan saya tidak akan berhenti. Saya akan terus sampai gembong narkoba terakhir di Filipina tewas dan para pedagang narkoba pengedar tersingkir dari jalanan," tegas Duterte.
(ita/ita)











































