Dalam pesan video untuk pertemuan PBB seperti dilansir kantor berita AFP, Rabu (15/3/2017), Robredo meminta adanya pengawasan internasional atas perang kontroversial Duterte yang telah menewaskan ribuan orang itu.
"Sebagian dari mereka mengatakan pada kami bahwa ketika ada kejahatan, mereka biasanya pergi ke polisi. Sekarang, mereka tidak tahu kemana harus pergi," ujar Robredo dalam pesan yang dirilis ke pers menjelang pemutaran videonya di pertemuan PBB di Austria pada Kamis (16/3) untuk membahas pembunuhan di luar hukum.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Duterte memenangi pemilihan presiden tahun lalu setelah menjanjikan pemberantasan narkoba. Sejak Duterte dilantik menjadi presiden pada akhir Juni 2016 lalu, kepolisian telah menewaskan 2.500 orang dalam operasi-operasi antinarkoba, sedangkan sekitar 4.500 orang lainnya tewas dalam keadaan yang tak bisa dijelaskan.
Di Filipina, wakil presiden dipilih secara terpisah, dan Robredo berasal dari partai politik rival Duterte.
Dalam pesan videonya, Robredo juga mengatakan bahwa kepolisian sengaja menahan orang-orang tak bersalah. Dijelaskannya, jika polisi tidak bisa menemukan tersangka narkoba, maka polisi akan menahan salah satu kerabat keluarganya. (ita/ita)











































