Seperti dilansir news.com.au, Kamis (2/3/2017), momen luar biasa ini terjadi saat Trump menyinggung soal tentara AS bernama William 'Ryan' Owens, yang gugur dalam operasi militer terhadap jaringan Al-Qaeda di Yaman, bulan lalu. Owens merupakan personel Navy SEAL dan berpangkat Chief Petty Officer atau setara Sersan I. Trump juga memberi penghormatan bagi istri Owens, Carryn, yang diundang hadir dalam momen itu.
"Ryan gugur sama seperti saat dia hidup -- sebagai seorang prajurit dan seorang pahlawan, melawan terorisme dan mengamankan negara kita. Peninggalan Ryan akan melekat selamanya," sebut Trump soal sosok Ryan dalam pidatonya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Kata-kata Trump itu memicu standing ovation atau tepuk tangan sambil berdiri selama 2 menit dari para anggota Kongres serta tamu undangan yang hadir. Janda Owen yang terlihat meneteskan air mata, kemudian menengadahkan kepalanya untuk mengenang suaminya. Putri Trump, Ivanka, yang duduk di sebelah kiri Carryn terlihat beberapa kali mengusap punggung janda Owen itu, untuk menenangkannya.
Momen itu disebut beberapa pihak sebagai momen sangat hebat, baik secara emosional maupun politis. Para pakar bahkan menyebut, Trump akhirnya menunjukkan sisi kepresidenannya.
"Dia (Trump-red) menjadi Presiden Amerika Serikat pada momen itu," sebut pengamat politik AS, Van Jones, yang selama ini dikenal sebagai salah satu pengkritik Trump paling vokal.
"Ada banyak orang yang merasa frustrasi, takut, marah padanya karena banyak alasan. Tapi momen itu menjadi salah satu momen paling luar biasa yang pernah Anda saksikan dalam politik Amerika, titik," imbuhnya.
![]() |
Terlepas dari pujian untuk momen itu, Trump memberi pernyataan yang jauh dari sifat kepresidenan dalam wawancara dengan Fox News, beberapa jam sebelum pidato pada Selasa (28/2) waktu setempat. Saat ditanya soal gugurnya Owens di Yaman, Trump berusaha mengelak dari tanggung jawab.
"Itu adalah misi yang dimulai sebelum saya menjabat. Ini adalah hal yang ingin dilakukan para jenderal. Mereka datang kepada saya, menjelaskan apa yang ingin mereka lakukan, para jenderal itu. Yang sangat terhormat. Saya yakin, jenderal-jenderal saya adalah yang paling dihormati dalam beberapa dekade ini. Dan mereka kehilangan Ryan," jawab Trump saat itu.
Kata 'mereka' dalam pernyataan itu, bukannya 'kita', menunjukkan upaya Trump untuk menghindar dari tanggung jawab. Faktanya, Trump yang memberi izin agar misi di Yaman itu dilaksanakan. Presiden Barack Obama menangguhkan misi itu dan menyerahkan sepenuhnya kepada Trump untuk mengambil keputusan. Misi itu akhirnya tidak berjalan baik, dengan personel militer AS terjebak baku tembak yang menewaskan satu personelnya dan sejumlah warga sipil. Namun dalam pidatonya di hadapan Kongres AS, Trump menyebut misi di Yaman itu 'sangat sukses'.
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini