Disampaikan otoritas prefektur Hotan dalam pernyataannya, seperti dilansir Reuters, Rabu (15/2/2017), penyerangan ini terjadi di distrik Pishan, Xinjiang pada Selasa (14/2) malam waktu setempat. Otoritas setempat menyebut para pelaku sebagai 'preman'.
"Saat ini, ketertiban sosial berjalan normal di lokasi, masyarakat stabil, dan penyelidikan masih berlangsung," demikian pernyataan otoritas Hotan, tanpa menjelaskan lebih lanjut soal kronologi melumpuhkan pelaku.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ratusan orang tewas dalam berbagai aksi kekerasan di Xinjiang, beberapa tahun terakhir. Wilayah yang berbatasan dengan Asia Tengah, Pakistan, Afghanistan dan India ini, banyak dihuni etnis minoritas muslim Uighur yang berkonflik dengan warga mayoritas Han.
Otoritas China selama ini selalu menyalahkan militan Islamis setempat sebagai dalang berbagai kekerasan di Xinjiang. Namun kelompok HAM setempat dan warga Uighur yang mengucilkan diri menyebut, penindasan China terhadap praktik keagamaan dan kebudayaan Uighur di Xinjiang yang menjadi penyebab utama kekerasan itu. Otoritas China membantah pihaknya melakukan penindasan terhadap Uighur di Xinjiang.
Distrik Pishan selama ini banyak menjadi lokasi bentrokan keamanan. Tahun 2011, kepolisian setempat menewaskan tujuh orang yang disebut anggota kelompok teror dan mendalangi penculikan.
Juru bicara asosiasi warga Uighur yang mengasingkan diri, World Uyghur Congress, Dilxat Raxit menyebut insiden terbaru di Xinjiang menunjukkan penindasan China berarti tidak ada cara untuk menunjukkan perbedaan pendapat secara damai.
"Setiap provokasi bisa memicu bentrokan," sebutnya.
(nvc/ita)











































