Menteri Dalam Negeri Prancis Bruno Le Roux menyatakan seperti dilansir kantor berita AFP, Sabtu (11/2/2017), penangkapan di Montpellier dan kota terdekatnya, Marseillan itu telah "menggagalkan plot untuk melakukan serangan dalam waktu dekat di tanah air Prancis."
Rekaman sebuah video menunjukkan gadis berumur 16 tahun tersebut menyatakan sumpah setia pada ISIS. Dia telah menggunakan media sosial untuk mencoba menemukan cara untuk pergi ke Suriah dan bergabung dengan ISIS.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Ketiga orang lainnya yang ditangkap adalah para pria berumur 20 tahun, 26 tahun dan 33 tahun. Mereka diyakini tengah membuat beberapa bahan peledak. Mereka berempat ditangkap pada Jumat (10/2) setelah membeli aseton, sejenis cairan berdaya ledak tinggi yang bisa digunakan untuk membuat bom.
Dalam operasi penggerebekan di rumah pria berumur 20 tahun, polisi menemukan sejumlah TATP, bahan peledak rakitan yang digunakan para militan ISIS dalam serangan di Paris dan Brussels, Belgia. Sumber kepolisian mengatakan, pria tersebut telah berada dalam pengawasan aparat dan diduga berencana meledakkan dirinya sendiri dalam aksi bom bunuh diri.
Penangkapan ini dilakukan seiring Prancis terus dalam keadaan siaga tinggi atas kemungkinan serangan-serangan militan. Lebih dari 230 orang telah tewas dalam serangkaian serangan teror di Prancis sejak awal tahun 2015 lalu.
Perdana Menteri (PM) Prancis Bernard Cazeneuve menyatakan, ratusan orang telah ditangkap sejak awal tahun 2016 lalu. "Orang-orang ini mungkin sedang menyiapkan serangan-serangan atau terkait kelompok teroris yang memerintahkan serangan," ujar Cazeneuve kepada para wartawan.
"Kita menghadapi ancaman teroris yang sangat tinggi, yang mengharuskan kita untuk mengambil langkah-langkah guna memastikan perlindungan warga negara kita setiap waktu," imbuhnya. (ita/ita)











































