Dituturkan seorang pejabat AS yang enggan disebut namanya, seperti dilansir Reuters, Jumat (10/2/2017), kedua pesawat militer mengudara hanya dalam jarak hanya 305 meter pada Rabu (8/2) waktu setempat di atas Scarborough Shoal, yang terletak antara daratan utama China dengan Filipina.
Insiden semacam ini yang melibatkan pesawat militer China dan AS pernah terjadi sebelumnya, namun tergolong jarang. Sepanjang tahun 2016 lalu, hanya dua kali insiden semacam ini terjadi.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada 8 Februari, sebuah interaksi yang dikategorikan 'tidak aman' oleh Komando Pasifik AS terjadi di wilayah udara internasional di atas Laut China Selatan, antara pesawat China jenis KJ-200 dan pesawat Angkatan Laut AS jenis P-3C," imbuh Komando Pasifik AS.
Pesawat militer jenis KJ-200 merupakan pesawat dengan sistem airborne early warning and control atau AEW&C yang mampu mendeteksi pesawat, kapal dan kendaraan dari jarak jauh. Pesawat ini memiliki desain yang mirip dengan desain lama pesawat Soviet An-12.
"Departemen Pertahanan dan Komando Pasifik AS selalu khawatir soal interaksi tidak aman dengan pasukan militer China. Kami akan menangani isu ini melalui jalur diplomatik dan militer yang semestinya," tegas Komando Pasifik AS melalui pernyataannya.
Menanggapi insiden ini, Kementerian Pertahanan China menuturkan bahwa pilot pesawat militer China itu bertindak profesional dan sesuai dengan aturan hukum yang berlaku.
"Kami mengharapkan pihak AS terus mengingat bagaimana kondisi terkini antara kedua negara dan kedua militer, selalu mengadopsi langkah-langkah praktis, dan menghilangkan asal-muasal insiden udara dan laut antara kedua negara," tutur seorang pejabat Kementerian Pertahanan China seperti dikutip Global Times.
(nvc/ita)











































