Seperti dilansir Reuters dan AFP, Jumat (3/2/2017), kebanyakan toko kelontong dan restoran milik warga AS-Yaman di New York tutup pada Kamis (2/2) waktu setempat sebagai bentuk protes atas kebijakan Trump yang kontroversial. Kebijakan itu melarang warga tujuh negara mayoritas muslim termasuk Yaman, masuk ke AS setidaknya selama 90 hari ke depan.
![]() |
Para pemilik toko dan restoran itu berbondong-bondong ikut aksi protes yang dikoordinasikan oleh Jaringan Komunitas Muslim dan Komunitas Yaman Amerika. Dampak dari penutupan ini, warga AS yang hendak makan siang harus mencari tempat makan lainnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Warga yang berunjuk rasa melambaikan bendera AS dan bendera Yaman, sambil meneriakkan 'Bersatu kita bangkit melawan larangan muslim' dan 'USA'. Mereka juga membawa poster bertuliskan 'Muslim Lives Matter' juga 'Kebencian tidak akan membuat kita hebat' dan 'Tuan Trump, dari mana asal istri Anda?' merujuk pada Ibu Negara Melania yang lahir di Slovenia.
"Tidak ada larangan, tidak ada tembok, keadilan untuk semua," teriak demonstran merujuk pada rencana Trump membangun tembok perbatasan dengan Meksiko, yang juga menuai kontroversi.
![]() |
Saat hari beranjak petang, kumandang adzan menggema dari pengeras suara yang dipasang di luar Brooklyn Borough Hall, lokasi unjuk rasa. Demonstran yang mayoritas muslim, berjajar menghadap kiblat dan melakukan salat maghrib berjamaah di tengah kota New York.
![]() |
Brooklyn Borough Hall yang biasanya ramai orang, tiba-tiba sunyi. Suasana sangat khidmat, hanya terdengar suara deru helikopter yang mengudara untuk memantau aksi protes ini. Mereka yang non-muslim berdiri di tepi, menunggu dan memperhatikan dalam tenang dan penuh hormat.
![]() |
Kota New York menjadi rumah bagi kebanyakan imigran dari Yaman, negara dengan 24 juta penduduk di Semenanjung Arab. Kebanyakan imigran Yaman tinggal di Brooklyn, namun ada juga yang tinggal di Manhattan, Queens, dan Bronx.
Pihak penyelenggara menyebut, setidaknya 1.000 toko milik warga Yaman ditutup di lima distrik New York sebagai bentuk protes atas kebijakan Trump. Keberadaan toko-toko milik warga Yaman, atau yang juga disebut bodega, yang menjual berbagai macam makanan dan barang sehari-hari, cukup krusial bagi warga New York pada umumnya.
"Kami tidak peduli soal uang, kami hanya peduli soal kebebasan dan kami tidak perlu rasisme di negara ini," tutur salah satu demonstran.
![]() |