Seperti dilansir CNN, Rabu (1/2/2017), Miller yang kini menjabat Direktur Kebijakan untuk pemerintahan Trump telah sejak lama mendampinginya. Miller bersama Trump sejak Januari 2016 dan terus mendampinginya saat pemilu awal hingga pilpres November tahun lalu.
Miller bersama Trump menyusun kebijakan imigrasi yang melarang warga dari tujuh negara mayoritas muslim masuk ke AS. Penyusunan yang dilakukan tanpa masukan sedikitpun dari lembaga-lembaga yang ditugaskan menerapkan kebijakan itu, memicu kritik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
![]() |
Seperti tergesa-gesa, kebijakan itu ditandatangani Trump pada Jumat (27/1) malam dan langsung diberlakukan hingga memicu kekacauan di bandara-bandara AS. Namun dituturkan seorang pejabat Gedung Putih, bahwa Miller sebenarnya menghabiskan waktu berbulan-bulan untuk menyusun kebijakan itu.
Miller yang aktif dalam politik sejak usia remaja itu, berperan sebagai pemberi masukan penting bagi Trump untuk isu imigran bersama Steve Bannon, mantan CEO berita online Breitbart yang kini menjabat Pakar Strategis Gedung Putih.
Keputusan untuk menyusun kebijakan imigrasi itu secara diam-diam tanpa melibatkan pihak lain seperti parlemen dan badan pemerintahan, membuat politikus Partai Republik di Capitol Hill kesal. "Cukup kesal soal bagaimana hal ini diberlakukan," tutur salah satu staf anggota parlemen Partai Republik yang menyalahkan Miller, kepada CNN.
"Kenapa Stephen Miller berupaya sangat keras untuk mengumumkan perintah ini pada Jumat (27/1) tanpa berbicara dengan badan-badan lainnya? Anda menempatkan seseorang yang masih sangat muda di Gedung Putih yang berpikir punya kekuasaan besar, yang berpikir Anda bisa menulis perintah eksekutif dan memberitahu semua badan-badan Kabinet untuk pergi ke neraka," kritik mantan anggota parlemen Republik, Joe Scarborough.
![]() |
Banyak kritikan dan kecaman muncul terhadap kebijakan yang dianggap diskriminatif dan melanggar Konstitusi AS itu. Namun Miller membela kebijakan yang disusunnya. "Ini untuk memastikan bahwa orang-orang yang masuk ke negara kita sungguh mencintai dan mendukung Amerika Serikat," ucapnya kepada CBS pada Senin (30/1) waktu setempat.
Namun ribuan warga AS memiliki pandangan berbeda dengannya. Aksi protes terus digelar di kota-kota besar AS terutama di bandara-bandara besar.
Dikenal Anti-Imigran Sejak Sekolah Menengah
Terlepas dari banyaknya protes dan kritikan yang muncul, sebenarnya isi kebijakan imigrasi itu sangat sejalan dengan pemikiran yang ditulis, diperjuangkan dan kerap disuarakan Miller sejak dia berusia 16 tahun. Menurut teman semasa sekolah di Santa Monica High School, California, sosok Miller dikenal dengan pandangan konservatif sejak sekolah.
"Seluruh pandangan imigrasi Stephen berasal dari sekolah menengah. Pandangan negatifnya soal imigrasi berawal di sekolah menengah dan terus bertumbuh seiring waktu," tutur Adrian Karima, salah satu teman sekolah Miller yang kini berprofesi sebagai pengacara.
Karima yang seorang imigran asal Iran ini memilih Hillary Clinton dalam pilpres lalu. Disebutkan Karima, bahwa semasa sekolah terutama saat kelas soal pemerintahan, Miller dikenal terang-terangan dan kerap menantang guru serta berargumen bahwa sekolah berusaha mendoktrin murid-muridnya.
![]() |
Karima menyebut, Miller memandang perannya sebagai 'penjaga gagasan Amerikanisme' yang mengutamakan percakapan dengan bahasa Inggris. Di sekolah itu, terdapat beberapa siswa Afrika-Amerika dan Hispanik, sehingga sekolah menggunakan dua bahasa -- Inggris dan Spanyol -- untuk setiap pengumuman dan aktivitas. Miller tak sepakat dengan kebijakan sekolah saat itu.
Usai sekolah menengah, Miller kuliah di Duke University, North Carolina dan dikenal semakin vokal menyuarakan pandangan konservatif. Lulus kuliah, dia pindah ke Washington DC dan mengawali karier politiknya sebagai salah satu staf anggota parlemen Michele Bachmann untuk wilayah Minnesota.
Miller sempat menjadi Direktur Komunikasi anggota parlemen John Shadeg sebelum menjadi staf untuk Senator Alabama Jeff Sessions, yang dikenal berpandangan keras pada isu imigrasi. Sessions juga menjadi calon yang dipilih Presiden Trump untuk menjadi Jaksa Agung yang baru.
![]() |
Bersama Sessions, Miller semakin memperkuat pandangan konservatifnya, terutama untuk isu imigrasi. Sessions menjadi Senator AS pertama yang mendukung Trump semasa kampanye pilpres. Bergabungnya Sessions dan Trump, yang sama-sama keras pada isu imigrasi, semakin memperkokoh karier Miller hingga akhirnya menempatkannya di posisi penting dalam pemerintahan Trump.
"Saya melihatnya (Miller-red) di televisi hari ini dan mendengar tentangnya. Dan saya pikir dia persis sama seperti dulu," sebut Karima.
Baca juga: Hanya Sepertiga Warga Anggap Kebijakan Trump Bikin AS Lebih Aman
Halaman 2 dari 2