Eman Ali telah mendapatkan visa untuk pergi ke AS pada Kamis, 26 Januari waktu setempat. Namun dia batal pergi ke Los Banos, California, AS setelah dilarang naik pesawat ke AS di Djibouti pada Sabtu, 28 Januari waktu setempat. Di Djibouti, Ali tinggal bersama kakek dan neneknya selama empat tahun, sembari menunggu berkas-berkas imigrasinya untuk pergi ke AS bertemu dengan keluarganya.
Ayahnya, Ahmed Ali menjemput putrinya untuk membawanya ke Amerika. Namun mereka tak bisa berangkat ke AS. "Dia (Ali) bertanya pada saya mengapa kita tak bisa pergi? Mengapa hanya orang Yaman? Mengapa hanya muslim?" ujar Ahmed kepada media Mercury News seperti dilansir Daily Mail, Selasa (31/1/2017).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Ini benar-benar tidak adil," cetus Ali dari kamar hotelnya di Djibouti. "Tidak semua orang teroris," imbuh bocah perempuan itu.
Ali hanya salah satu dari banyak orang lainnya yang ditolak masuk ke AS pada akhir pekan lalu. Ini terjadi setelah Trump menandatangani perintah eksekutif pada Jumat, 27 Januari mengenai larangan seluruh pengungsi masuk ke AS dan larangan warga dari tujuh negara mayoritas muslim, masuk ke AS. Ketujuh negara tersebut adalah Irak, Iran, Somalia, Sudan, Suriah, Libya dan Yaman. Trump berdalih bahwa tujuan kebijakan imigrasi tersebut adalah untuk mencegah masuknya para teroris ke AS.
Kini, Ali dan ayahnya masih berada di hotel di Djibouti. Ahmed pun bingung bagaimana putrinya itu akan bisa terbang ke AS. "Kami tak punya tempat lain untuk didatangi," tutur sang ayah.
(ita/ita)