Dalam pernyataannya, seperti dilansir Reuters, Senin (30/1/2017), militer AS menyebut pihaknya menewaskan 14 militan dalam operasi terhadap jaringan Al-Qaeda di Semenanjung Arab (AQAP), yang sejak lama menjadi target serangan drone AS. Operasi dilakukan di wilayah Yaman bagian selatan pada Minggu (29/1) waktu setempat. Otoritas medis di lokasi menyebut sekitar 30 orang, termasuk 10 wanita dan anak-anak, tewas dalam operasi itu.
Departemen Pertahanan AS atau Pentagon menyebut, operasi itu menewaskan satu personel militer AS dan melukai tiga tentara lainnya. Ditambahkan Pentagon, dua tentara di antaranya terluka saat pesawat militer AS yang hendak mengevakuasi tentara lain yang luka, diserang tiba-tiba. Pesawat itu kemudian 'dengan sengaja dihancurkan di lokasi'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Warga Amerika, pagi ini, disedihkan oleh berita bahwa nyawa seorang tentara heroik terenggut dalam pertempuran kita melawan terorisme radikal Islam yang jahat," sebut Trump dalam pernyataannya.
Dalam keterangannya, AQAP menyebut baku tembak di distrik Yakla, Provinsi Al-Bayda itu menewaskan pemimpin senior AQAP, Abdulraoof al-Dhahab dan juga sejumlah militan lainnya. Bocah perempuan berusia 8 tahun yang merupakan putri tokoh ternama AQAP kelahiran AS, Anwar al-Awlaki, juga dilaporkan tewas dalam operasi itu. Al-Awlaki sendiri tewas dalam serangan drone AS tahun 2011 lalu.
"Dia terkena peluru di lehernya dan sekarat selama 2 jam. Kenapa membunuh anak-anak? Ini adalah pemerintahan (AS) yang baru -- sungguh menyedihkan, kejahatan besar," sebut kakek bocah itu, Nasser al-Awlaki, kepada Reuters.
Pentagon tidak menyebut adanya korban tewas warga sipil dalam pernyataannya. Pentagon menyatakan, operasi itu bertujuan menjaring informasi soal potensi maupun rencana teror AQAP di masa depan. AS menganggap AQAP sebagai salah satu kelompok militan global paling berbahaya.
(nvc/ita)











































