Thae Yong Ho tercatat sebagai diplomat Korut paling senior yang membelot dalam 20 tahun terakhir. Thae merupakan pejabat nomor dua dalam Kedutaan Besar Korut di London, Inggris. Dia membelot bersama istri serta kedua putranya dan tiba di Korea Selatan pada Agustus 2016. Sejak Desember 2016, Thae bersedia berbicara kepada media dan tampil pada berbagai acara televisi untuk membahas pembelotannya.
"Selama Kim Jong Un berkuasa, tidak akan ada kesempatan bagi dunia untuk memajukan isu HAM," ucap Thae seperti dilansir CNN, Rabu (25/1/2017). "Atau membatalkan program nuklir," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Berbicara lebih lanjut soal AS, Thae mengaku terkejut saat mengetahui Donald Trump memenangkan pilpres AS pada November tahun lalu. Namun, lanjut Thae, kemenangan Trump memberi 'keuntungan' tersendiri bagi Kim Jong Un.
"Dia (Kim Jong Un) melihatnya sebagai kesempatan baik baginya untuk membuka semacam kompromi dengan pemerintahan Amerika yang baru," sebut Thae.
Disebutkan Thae, bahwa Kim Jong Un ingin bertemu dan berbicara dengan Trump. Namun pembicaraan hanya akan dilakukan jika persyaratan yang diucapkan Kim Jong Un saat pidato Tahun Baru lalu terwujud. "Level pidato Tahun Baru itu nyaris mendekati pemerasan," sebut Thae.
Baca juga: Unit Khusus Korsel untuk Habisi Kim Jong Un Mulai Terungkap 2016
Dalam pidatonya saat Tahun Baru, Kim Jong Un memperjelas jika AS terus melanjutkan kebijakannya yang keras terhadap Korut, maka dirinya akan melanjutkan program nuklir dalam kemampuan militer Korut. "Dia menyebutnya kemampuan penyerangan awal. Itu adalah ICBM (rudal balistik antar benua)," ucap Thae.
Semasa kampanye, Trump mengaku siap bertemu Kim Jong Un. Thae pun meminta kepada Presiden Trump untuk mempertimbangkan kembali niat itu. Menurut Thae, pertemuan keduanya hanya akan memberikan legitimasi yang tidak dimiliki Kim Jong Un di negaranya sendiri.
"Bahkan Presiden China Xi Jinping dan Presiden Rusia (Vladimir) Putin -- mereka belum bertemu Kim Jong Un," tuturnya.
![]() |