.webp)
Seperti dilansir CNN, Rabu (25/1/2017), agen Secret Service bernama Kerry O'Grady ini melontarkan pernyataan itu via Facebook. Postingan itu ditulis O'Grady semasa kampanye pilpres dan kini postingan Facebook itu telah dihapus.
Dalam sejumlah postingan pada akun Facebook miliknya, O'Grady yang seorang agen senior wanita untuk kantor lapangan Denver ini, menyatakan dirinya mendukung capres Partai Demokrat Hillary Clinton. Dia juga menyatakan tidak akan mematuhi undang-undang federal yang melarang agen sepertinya menyuarakan pilihan politik mereka ke publik.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Sebagai pelayan publik selama nyaris 23 tahun, saya berjuang untuk tidak melanggar Hatch Act. Jadi saya tetap diam dan tetap ada di tengah-tengah," tulis O'Grady dalam salah satu postingan Facebook-nya, seperti dilaporkan The Washington Examiner. Hatch Act merupakan aturan federal AS yang mencegah setiap pegawai pemerintah federal untuk terlibat dalam aktivitas politik.
"Melakukan hal sebaliknya bisa mengarah pada pelanggaran kriminal bagi mereka yang ada di posisi saya. Terlepas dari fakta itu, saya diharapkan melindungi kedua pihak (capres)," imbuhnya.
"Tapi dunia ini telah berubah dan saya telah berubah. Dan saya lebih memilih dipenjara daripada menerima tembakan atau mendukung sosok yang saya yakini akan menjadi bencana untuk negara ini, dan bagi wanita kuat dan mengagumkan serta minoritas yang tinggal di sini. Persetan Hatch Act. Saya bersama dia," tulis O'Grady merujuk pada slogan pendukung Hillary yang berbunyi 'I am with Her'.
Menanggapi hal ini, Secret Service menyatakan tidak bisa berkomentar secara spesifik. Namun mereka mengaku menyadari keberadaan postingan O'Grady di internet. "Lembaga mengambil tindakan yang pantas dan cepat," terang Secret Service dalam pernyataannya.
"Seluruh pegawai dan agen Secret Service wajib menjunjung tinggi standar profesionalisme dan kode etik. Setiap tuduhan pelanggaran ditangani dengan serius dan diselidiki segera," demikian disampaikan Secret Service.
(nvc/ita)
