Haley (45) yang merupakan anak imigran asal India, dicalonkan oleh Presiden Donald Trump. Dalam voting yang digelar Senat AS pada Selasa (24/1) waktu setempat, seperti dilansir Reuters, Rabu (25/1/2017), Haley didukung 96 Senator dengan hanya empat Senator yang menolaknya.
Haley dilaporkan mampu membuat para anggota parlemen AS terkesan saat sidang konfirmasi atau fit and proper test, bulan ini. Dia menjanjikan untuk menekan reformasi PBB, namun juga memperjuangkan HAM dan dukungan badan-badan internasional, dan dia beberapa kali berbeda sikap dengan Trump.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Mike Pompeo Jadi Direktur CIA, Interogasi Penyiksaan Diterapkan Lagi?
Empat suara 'tidak' datang dari tiga Senator Partai Demokrat yakni Tom Udall, Chris Coons dan Martin Heinrich, serta Senator Bernie Sanders yang merupakan anggota parlemen independen namun berkaukus dengan Demokrat.
"Seperti kebanyakan warga Amerika dan kebanyakan sekutu kita, saya mengkhawatirkan posisi dan pernyataan tak menentu Presiden Trump soal kebijakan luar negeri, dan kekhawatiran itu semakin mendalam dengan adanya fakta bahwa calon pilihannya menjadi Duta Besar untuk PBB tidak memiliki pengalaman diplomatik," ujar Udall.
Haley menjabat Gubernur South Carolina sejak tahun 2011. Sosoknya menjadi perhatian nasional pada tahun 2015 setelah dia mencopot bendera Konfederasi dari halaman Capitol South Carolina, setelah seorang pemuda pendukung supremasi kulit putih menewaskan 9 jemaat Gereja Charleston.
Haley tidak mendukung Trump semasa pemilu awal dan beberapa kali menyebut pernyataan Trump mempromosikan kebencian. Dalam sidang konfirmasi di Senat AS, Haley memiliki posisi yang tidak sepenuhnya mendukung berbagai retorika Trump, salah satunya soal rencana memotong anggaran untuk PBB. Haley juga berjanji untuk mempertahankan posisi tegas terhadap Rusia dan sepakat menyebut aksi Rusia di Suriah sebagai kejahatan perang.
Baca juga: Disaksikan Para Pria, Trump Teken Aturan Soal Aborsi
Haley akan dilantik di Gedung Putih pada Rabu (25/1) waktu setempat. Dia menjadi pejabat publik keempat yang bergabung dengan jajaran kabinet Trump setelah Menteri Pertahanan James Mattis, Menteri Keamanan Dalam Negeri John Kelly, dan Direktur CIA Mike Pompeo.
(nvc/ita)











































