Seperti dilansir Reuters, Selasa (24/1/2017), Taliban merilis surat terbuka kepada Presiden AS yang baru itu melalui situs resminya. Dalam surat itu, Taliban juga menyebut AS telah kehilangan kredibilitas setelah menghabiskan triliunan dolar untuk keterlibatan tanpa hasil.
"Jadi, tanggung jawab untuk mengakhiri perang ini juga ada di pundak Anda," tulis surat terbuka Taliban itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Sejauh ini, Trump tak banyak berkomentar soal Afghanistan secara publik. Sekitar 8.400 tentara AS masih ada di negara itu, sebagai bagian dari misi pelatihan NATO untuk pasukan Afghanistan dan juga misi memberantas terorisme.
Dua pejabat tinggi keamanan pilihan Trump, yakni purnawirawan Korps Marinir Jenderal James Mattis yang telah dilantik menjadi Menteri Pertahanan AS dan mantan Jenderal Michael Flynn yang menjadi Penasihat Keamanan Nasional AS, sama-sama memiliki pengalaman luas di Afghanistan.
Dalam suratnya, Taliban juga memperingatkan Trump untuk bergantung pada laporan-laporan 'tidak realistis' yang pernah diberikan kepada mantan-mantan presiden AS oleh jenderal-jenderalnya. "Laporan itu akan menekankan kelanjutan perang dan pendudukan Afghanistan karena mereka bisa mendapat posisi yang lebih baik dan keistimewaan dalam perang," sebut Taliban.
Baca juga: Mike Pompeo Jadi Direktur CIA, Interogasi Penyiksaan Diterapkan Lagi?
Taliban menuding AS menerapkan 'pemerintahan pengganti' di Afghanistan. "Anda harus menyadari bahwa negara muslim Afghan telah bangkit melawan pendudukan asing," sebutnya.
Taliban terus melancarkan berbagai serangan terhadap pemerintah Afghanistan yang didukung negara Barat sejak misi utama AS berakhir tahun 2014. Saat ini, pasukan pemerintah hanya menguasai dua pertiga wilayah Afghanistan. Taliban berulang kali mendorong AS dan sekutu-sekutunya untuk menarik pasukan dari Afghanistan. Mereka enggan melakukan perundingan damai dengan pemerintah Afghanistan, jika pasukan asing masih ada di negara itu.
(nvc/fdn)











































