Sebelum vonis mati dijatuhkan pada Rabu (11/1) waktu setempat, lebih dari 30 orang berbicara di pengadilan untuk mengenang para korban Roof dan menyampaikan kesedihan mereka akibat aksi penembakan brutal oleh pemuda berumur 22 tahun itu.
Seperti dilansir kantor berita AFP, Kamis (12/1/2017), Roof hanya duduk diam, memandang lurus ke dinding ruang pengadilan, saat keluarga dan teman-teman para korban melontarkan kemarahan padanya. Sebagian lainnya tak kuasa menahan tangis.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Namun sejumlah anggota keluarga korban lainnya menyatakan mengampuni perbuatan keji Roof yang merupakan penganut supremasi kulit putih.
Roof menembakkan setidaknya 77 peluru dalam serangan mematikan di gereja bersejarah kulit hitam Emanuel African Methodist Episcopal di pusat kota Charleston pada 17 Juni 2015. Sembilan jemaat gereja tewas dalam insiden itu. Kepolisian setempat telah menyatakan insiden tersebut sebagai kejahatan karena kebencian.
Gereja Emanuel AME merupakan salah satu gereja terbesar dan tertua bagi warga kulit hitam di wilayah tersebut. Gereja yang selesai dibangun pada tahun 1891 itu dianggap sebagai gedung yang sangat bersejarah.
Penembakan bermotif rasis ini mengingatkan pada pengeboman di gereja Afrika-Amerika di Birmingham, Alabama, yang menewaskan empat anak perempuan pada tahun 1960-an silam. (ita/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini