"Kami merestui operasi heroik dalam melawan pendudukan Israel ini, untuk memaksa penghentian tindak kriminal dan pelanggaran terhadap warga kami," tutur juru bicara Hamas, Faqzi Barhoum, kepada Reuters, Senin (9/1/2017).
Pujian yang sama juga dilontarkan kelompok Hamas via akun Twitternya. "Operasi itu muncul dalam konteks respons normal untuk tindak kriminal pendudukan Israel," sebut Hamas via Twitter seperti dilansir CNN.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pelaku yang diidentifikasi sebagai Fadi Ahmad Hamdan Qunbor (28) itu, disebut kepolisian Israel sebagai warga Palestina yang berasal dari Yerusalem Timur. Paman pelaku, Abu Ali, menuturkan Qunbor merupakan ayah dari empat anak dan tinggal di kawasan Jabel Mukabar.
Dituturkan juru bicara kepolisian Israel, Micky Rosenfeld, sembilan orang yang merupakan warga wilayah Jabel Mukabar ditangkap usai insiden maut pada Minggu (8/1) tersebut. Lima orang yang ditangkap merupakan anggota keluarga pelaku. Mereka semua, sebut Rosenfeld, ditangkap atas kecurigaan membantu pelaku dalam serangan yang menewaskan 4 tentara dan melukai 17 orang itu.
Pelaku yang mengemudikan truk berukuran besar itu menabrak kerumunan tentara yang baru turun dari bus di kawasan Armon Hanatziv, Kota Tua, Yerusalem. Pelaku sempat memundurkan truk lalu berusaha menabrak lagi kerumunan tentara, sebelum akhirnya ditembaki polisi Israel di lokasi. Rosenfeld menyebut, pelaku tewas di lokasi kejadian. Terlihat beberapa lubang bekas peluru di kaca bagian depan truk itu.
Baca juga: Gedung Putih Kutuk Serangan Truk di Yerusalem yang Tewaskan 4 Orang
Dalam pernyataannya saat mengunjungi lokasi serangan, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menyebut pelaku sebagai pendukung kelompok radikal Islamic State of Iraq and Syria (ISIS). Netanyahu juga menyinggung dugaan pelaku terinspirasi berbagai serangan serupa di Nice, Prancis dan Berlin, Jerman beberapa waktu lalu.
Kepala Kepolisian Nasional Israel, Roni Alsheich, menyatakan pihaknya tidak mengesampingkan dugaan pelaku dimotivasi oleh serangan serupa di Berlin yang menewaskan 12 orang. "Sulit untuk mengetahui isi pikiran setiap orang yang terlibat demi mencari tahu apa yang mendorong pelaku, tapi tidak ada keraguan bahwa hal-hal semacam ini memiliki efek," sebutnya, merujuk pada serangan di luar negeri.
(nvc/ita)











































