"Saya akan pergi pada 20 Januari," kata Duta Besar AS untuk Selandia Baru, Mark Gilbert, via pesan Twitter kepada Reuters, Jumat (6/1/2017).
Disebutkan Gilbert kepada Reuters, instruksi itu dirilis ke seluruh diplomat AS, tanpa pengecualian, melalui 'kawat' Departemen Luar Negeri AS pada 23 Desember 2016 lalu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Perpanjangan waktu khususnya diberikan kepada diplomat yang memiliki anak usia sekolah, agar mereka tetap menjabat selama beberapa minggu atau bulan hingga anak-anak mereka menyelesaikan sekolahnya.
Pihak Departemen Luar Negeri AS dan juga tim transisi Trump enggan mengomentari isu ini.
Namun dituturkan seorang pejabat senior tim transisi Trump kepada New York Times, tidak ada motif kebencian maupun tujuan negatif dari langkah ini. Pejabat yang enggan disebut namanya itu, menyebut langkah ini sebagai persoalan sederhana untuk memastikan diplomat era Obama meninggalkan pemerintahan sesuai jadwal, sama seperti ribuan ajudan politik di Gedung Putih dan pegawai badan federal AS lainnya.
Para diplomat AS menuturkan kepada New York Times, bahwa instruksi itu membuat kehidupan pribadi mereka berantakan. Beberapa diplomat bingung untuk mengatur kehidupan mereka dan mencari visa yang mengizinkan mereka tinggal di negara tempat mereka betugas sebelumnya, agar anak-anak mereka bisa melanjutkan sekolah hingga selesai.
(nvc/ita)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini