Dalam pernyataan singkatnya, seperti dilansir Reuters, Kamis (29/12/2016), otoritas Xinjiang menyebut insiden ini terjadi di distrik Karakax, Xinjiang bagian selatan, pada Rabu (28/12) sesaat sebelum pukul 17.00 waktu setempat.
Pernyataan otoritas Xinjiang menyebut menyebut empat pelaku yang disebut sebagai 'preman' mengemudikan sebuah mobil hingga ke halaman kantor Partai Komunis setempat dan meledakkan 'peledak' di sana.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Dalam laporan terpisah, kantor berita Xinhua menyebut insiden itu sebagai 'serangan teroris'. Sedangkan televisi nasional China para pelaku juga menggunakan pisau untuk menyerang para staf pada kantor Partai Komunis itu.
Satu korban tewas dalam insiden ini merupakan seorang petugas keamanan. Tidak diketahui pasti apakah petugas keamanan ini tewas akibat ledakan atau serangan pisau. Sementara tiga korban luka-luka merupakan pegawai pemerintah setempat.
Sangat sulit bagi jurnalis asing untuk melakukan peliputan di Xinjiang. Dengan kondisi ini, hampir tidak mungkin untuk mendapat laporan independen soal situasi keamanan di Xinjiang. Otoritas China diketahui beberapa kali menunda perilisan informasi soal berbagai insiden sebelumnya.
Wilayah Xinjiang diketahui menjadi tempat tinggal minoritas muslim Uighur, yang dibatasi pergerakannya oleh otoritas China. Dilxat Raxit yang merupakan juru bicara Kongres Uighur Dunia, mengaku dirinya meragukan laporan ini. Kongres itu beranggotakan warga Uighur yang mengasingkan diri keluar Xinjiang.
"Saya jelas meragukan jumlah korban tewas dan alasan terjadinya insiden ini dari laporan otoritas setempat, yang kurang transparan," tegasnya.
Serangan teror di tambang batu bara setempat pada September 2015, tidak dilaporkan oleh pemerintah hingga dua bulan kemudian. Serangan itu dilaporkan menewaskan 16 orang. Sedangkan otoritas Xinjiang menyebut pasukan keamanannya menewaskan 28 teroris yang terlibat dalam serangan itu.
(nvc/tor)











































