"Kita tahu Presiden Putin (Vladimir Putin) dan Menteri Luar Negeri Lavrov (Sergei Lavrov) telah membuat statemen terkait kematian tragis Dubes Karlov," ujar Dubes Galuzin.
"Kami yakin bahwa serangan teroris yang keji, tercela terhadap Dubes kami untuk Turki ini dimaksudkan untuk menghalangi proses penyelesaian isu Suriah, yang mana Dubes Karlov telah memberikan kontribusi besar untuk kemajuan proses tersebut," tuturnya dalam jumpa pers di kediaman Dubes Rusia di Jl. Karet Pedurenan, Jakarta Selatan, Rabu (21/12/2016).
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Menurut Dubes Galuzin, pembunuhan Dubes Karlov menunjukkan niat para teroris internasional untuk membuat Rusia menghentikan kebijakan konsistennya untuk memerangi terorisme, termasuk di Suriah. Juga untuk membuat Rusia menghentikan konsolidasi dengan komunitas internasional yang didasarkan pada kepentingan bersama untuk memberantas terorisme di seluruh dunia.
"Saya ingin memastikan bahwa kematian tragis kolega kami dan serangan teroris pengecut terhadap Dubes Rusia untuk Turki tak akan menghentikan upaya konsisten kami untuk memerangi terorisme internasional di Suriah dan tempat-tempat lainnya," tegas Dubes Galuzin.
"Kami akan terus melanjutkan kebijakan kami berkonsolidasi dengan komunitas internasional dalam melawan terorisme internasional, yang sejalan dengan gagasan Presiden putin yang telah disampaikan tahun lalu dalam pidato Putin di sidang Majelis Umum PBB, di mana Putin menyerukan pembentukan koalisi antiterorisme global untuk memerangi terorisme internasional yang merupakan tantangan dan ancaman bersama bagi komunitas internasional," tandasnya.
Ditegaskan Dubes Rusia tersebut, terorisme tak akan bisa ditanggulangi oleh negara manapun sendirian, meskipun betapa kuatnya negara itu. "Hanya dengan upaya bersama kita akan bisa memberantas terorisme internasional," ujarnya.
Dubes Karlov ditembak mati ketika tengah memberikan sambutan dalam pembukaan pameran foto bertajuk "Rusia dari Pandangan Orang-Orang Turki" di Gedung Cagdas Senat Merkezi, Ankara, pada Senin 19 Desember 2016 waktu setempat. Menteri Dalam Negeri Turki Suleyman Soylu mengidentifikasi pelaku penembakan sebagai Mevlut Mert Altintas, yang telah bekerja sebagai polisi antihuru-hara selama 2,5 tahun. Pria berumur 22 tahun itu tewas dalam baku tembak dengan polisi.
Motif pembunuhan ini belum diketahui pasti. Pelaku saat beraksi sempat berteriak 'Jangan lupakan Aleppo, jangan lupakan Suriah!' dalam bahasa Turki serta seruan 'Allahu Akbar'.
(ita/ita)