"Saya akan berbicara lagi dengan Putin pada malam hari. Situasi di lapangan sangat rapuh dan rumit," tutur Erdogan dalam pidatonya di Ankara yang ditayangkan televisi Turki, seperti dilansir AFP, Rabu (14/12/2016).
Pada Selasa (13/12) waktu setempat, otoritas Turki, Rusia, dan kelompok pemberontak mencapai kesepakatan agar warga sipil dan petempur oposisi Suriah diperbolehkan dievakuasi keluar dari Aleppo, yang merupakan kota terbesar kedua di Suriah.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Terjadinya bentrokan baru di Aleppo pada Rabu (14/12) waktu setempat, memaksa kesepakatan evakuasi itu tertahan. Rusia yang merupakan sekutu rezim Assad menyebut militer Suriah kembali melancarkan serangan di Aleppo setelah terjadi serangan dari kelompok teroris. Namun Erdogan menuding pasukan pendukung Assad melanggar kesepakatan dan menyerang warga sipil.
Baca juga: Pemberontak Suriah Menyerah di Aleppo, Musnah Sudah Harapan Menggulingkan Assad
"Kami mengharapkan proses evakuasi telah dimulai untuk warga sipil dan oposisi dari Aleppo bagian timur sebagai wujud dari kesepakatan yang saya sendiri sangat patuhi, tapi sayangnya rudal mulai diluncurkan kembali," ucap Erdogan.
"Maka dari itu, kami tetap berhati-hati," imbuhnya, sembari menyebut pemberlakuan gencatan senjata menjadi 'harapan terakhir' bagi warga Aleppo.
Tidak hanya itu, Erdogan juga menyerang PBB yang disebutnya gagal membangun zona aman di dalam Suriah untuk menampung pengungsi Suriah. Erdogan menambahkan, Turki akan menampung warga yang kabur dari Aleppo jika diperlukan. "Hei PBB, di mana Anda," tegasnya.
Terakhir, Erdogan menyatakan Turki masih menyelesaikan persiapan proses evakuasi warga sipil dari Aleppo ke kota Idlib, Suriah bagian barat, dekat perbatasan Turki. "Kita juga siap menyambut mereka yang datang ke Turki," imbuhnya.
Secara terpisah, Wakil Perdana Menteri Turki Mehmet Simsek menyatakan otoritas Turki telah mempersiapkan akomodasi untuk 80 ribu pengungsi Suriah yang kabur dari Aleppo.
(nvc/nwk)