Seperti dilansir AFP, Rabu (14/12/2016), tudingan ini memicu seruan kepada pemerintah Afghanistan untuk menyelidiki secara mendalam. Dostum sendiri merupakan mantan tuan tanah yang beberapa kali terseret kasus kejahatan perang.
Dostum dituding memerintahkan para pengawalnya untuk menculik seorang pria bernama Ahmad Ishchi, yang merupakan lawan politiknya. Ishchi diculik bulan lalu saat bermain buzkashi, permainan polo dengan bangkai binatang, di Provinsi Jowzjan.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Dia (Dostum-red) memberitahu saya 'Saya akan melemparkan Anda ke kawasan kuda dan melakukan buzkashi terhadap Anda'. Dia mengatakan saya ingin berhubungan seks dengannya. Para pengawalnya mengangkat pakaian saya.. Kemudian Dostum meminta 10 pengawalnya menyodomi saya," tutur Ishchi.
Kantor Dostum membantah tudingan itu dan menyebutnya sebagai konspirasi untuk mencemarkan nama baiknya.
Namun negara-negara Barat sekutu Afghanistan, termasuk Amerika Serikat (AS) menyerukan penyelidikan menyeluruh atas tudingan itu. "Penyekapan di luar hukum dan laporan penganiayaan Ishchi oleh Wakil Presiden Pertama memicu kekhawatiran serius," demikian pernyataan Kedutaan Besar AS di Kabul.
"Kami akan menyambut baik langkah pemerintah Afghanistan untuk segera menyelidiki tudingan ini," imbuhnya.
Uni Eropa bersama dengan Australia dan Kanada juga menyerukan penyelidikan yang transparan dan adil untuk tudingan ini. "Penganiayaan dan pelanggaran HAM menjijikkan terhadap Ishchi," seru negara-negara tersebut.
Dalam pernyataan terpisah, istana kepresidenan Afghanistan di Kabul menyatakan berkomitmen untuk menyelidiki tudingan itu. Afghanistan memiliki dua wapres yang aktif menjabat dan membantu Presiden Ashraf Ghani. Dostum merupakan wapres pertama, sedangkan wapres kedua adalah Sarwar Danish.
(nvc/nwk)