Kementerian Kesehatan Mesir menyatakan 25 orang tewas dalam serangan bom di gereja Saint Peter and Saint Paul Church pada Minggu, 11 Desember waktu setempat. Itu merupakan serangan paling mematikan terhadap komunitas Kristen, yang jumlahnya mencapai sekitar 10 persen dari total penduduk Mesir.
Presiden Mesir Abdel Fattah al-Sisi yang berpidato dalam pemakaman para korban, mengatakan bahwa serangan bom itu dilakukan oleh seorang pengebom bunuh diri. Dia diidentifikasi sebagai pemuda berumur 22 tahun bernama Mahmoud Shafik Mohamed Mostafa.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Serangan bom tersebut terjadi saat para jemaah tengah mengikuti kebaktian Minggu. Sebagian besar korban dalam serangan itu adalah wanita.
Menurut Victor Salama, profesor politik di Universitas Kairo, serangan bom itu bisa jadi sebagai pembalasan atas dukungan gereja untuk pemerintahan Sisi.
"Itu pukulan bagi pemerintah. Gereja Koptik tentu saja Kristen, namun juga sebuah institusi Mesir yang mudah dihancurkan dengan hanya 12 kilogram bahan peledak," tutur Salama.
Ledakan bom di gereja tersebut merupakan serangan terparah terhadap komunitas Kristen Koptik sejak bom bunuh diri 2011 yang menewaskan lebih dari 20 jemaat di luar sebuah gereja di kota Alexandria.
(ita/ita)











































