Trump Kecam CIA Soal Keyakinan Rusia Intervensi Pilpres AS

Trump Kecam CIA Soal Keyakinan Rusia Intervensi Pilpres AS

Novi Christiastuti - detikNews
Sabtu, 10 Des 2016 14:42 WIB
Donald Trump (REUTERS/Jonathan Ernst/File Photo)
Washington - Kubu presiden terpilih Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengecam CIA yang meyakini Rusia mengintervensi pilpres AS untuk memenangkan Trump. Reaksi keras kubu Trump dinilai memancing pertikaian awal dengan komunitas intelijen yang akan banyak membantu Trump semasa menjabat nanti.

Seperti dilansir CNN, Sabtu (10/12/2016), kubu Trump memberikan pernyataan singkat tanpa ditandatangani secara resmi yang isinya cenderung 'mengejek' hasil kesimpulan CIA soal intervensi Rusia dalam pilpres AS. Padahal kesimpulan itu disepakati penuh oleh komunitas intelijen AS yang nantinya akan menjadi tempat Trump banyak bergantung semasa menjabat.

"Ini adalah orang-orang yang sama yang mengatakan Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal," demikian pernyataan tim transisi Trump, merujuk pada mendiang Presiden Irak yang lengser usai intervensi AS.

SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT

"Pemilihan umum telah berakhir sejak lama dengan kemenangan Electoral College terbesar dalam sejarah. Sekarang saatnya maju ke depan dan 'Membuat Amerika Hebat Kembali'," imbuh pernyataan itu.

Baca juga: CIA Meyakini Rusia Intervensi Pilpres AS untuk Menangkan Donald Trump

Dalam pilpres 8 November lalu, Trump jauh mengungguli Hillary dalam perolehan electoral vote, yakni 306 untuk Trump melawan 232 untuk Hillary. Hanya dibutuhkan 270 electoral vote untuk memenangkan pilpres AS. Kemenangan Trump itu sangat mengejutkan publik, tidak hanya AS tapi juga dunia, karena selama ini Hillary banyak diunggulkan menang oleh berbagai polling dan analisis.

Hasil kesimpulan CIA, atau yang dilaporkan media ternama AS, The Washington Post, sebagai 'penilaian rahasia' menunjukkan keyakinan CIA bahwa memenangkan Trump memang menjadi tujuan Rusia. Dalam kesimpulannya, CIA menyebut telah mengidentifikasi individu-individu yang memberikan ribuan email hasil retasan dari Komisi Nasional Partai Demokrat dan beberapa pihak lainnya, termasuk manajer kampanye Hillary, John Podesta, kepada WikiLeaks.

Individu-individu itu diketahui memiliki keterkaitan dengan pemerintah Rusia dan sangat dikenal oleh kalangan intelijen Rusia. Mereka juga disebut sebagai bagian dari operasi Rusia untuk mendorong kemenangan Trump dan mengurangi kesempatan Hillary untuk menang pilpres 8 November lalu.

Pernyataan tim transisi Trump yang menyinggung soal blunder memalukan intelijen AS semasa pemerintahan Presiden George W Bush bahwa Saddam Hussein memiliki senjata pemusnah massal di Irak, disinyalir memancing pertikaian baru. Bos intelijen AS yang bertanggung jawab atas blunder itu telah sejak lama dicopot. Namun komentar baru dari tim transisi Trump memicu kekhawatiran komunitas intelijen soal sikap Trump terhadap badan intelijen AS.

Baca juga: Usir Roh Jahat, Warga Guatemala Bakar Boneka Donald Trump

Pekan ini, CNN melaporkan bahwa Trump hanya mendapat briefing intelijen sekali dalam seminggu. Padahal beberapa presiden terpilih AS sebelumnya yang bersiap untuk pelantikan, mendapat lebih banyak briefing soal intelijen.

(nvc/fdn)



Berita Terkait

 

 

 

 

 

 

 

 

Ajang penghargaan persembahan detikcom dengan Kejaksaan Agung Republik Indonesia (Kejagung RI) untuk menjaring jaksa-jaksa tangguh dan berprestasi di seluruh Indonesia.
Hide Ads