"Pengalaman pemerintahan saya berakhir di sini," ucap PM Renzi dalam konferensi pers, seperti dilansir AFP, Senin (5/12/2016). PM Renzi menjabat selama 2,5 tahun terakhir, sejak tahun 2014.
Hasil referendum yang digelar Minggu (4/12) waktu setempat, berujung kemenangan kubu 'Tidak' yang tidak setuju dengan rencana amandemen konstitusi Italia. Kubu 'Tidak' yang dipimpin partai oposisi 'Pergerakan Lima Bintang' dipastikan menang atas kubu 'Iya'.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Partai oposisi pemerintahan menolak rencana amandemen terhadap konstitusi yang berusia 68 tahun itu, karena dianggap berbahaya untuk demokrasi. Amandemen itu juga bisa menghilangkan fungsi pengawasan dan perimbangan terhadap kekuatan eksekutif.
Usai mengundurkan diri, Renzi berencana mengunjungi Presiden Sergio Mattarella pada Senin (5/12) waktu setempat untuk menyerahkan secara resmi surat pengunduran dirinya. Tentu setelah sebelumnya menggelar rapat kabinet terakhir.
Presiden Mattarella kemudian akan memulai proses penunjukan pemerintahan yang baru, atau jika dia tidak mampu, Mattarella bisa memerintahkan digelarnya pemilu lebih awal.
Pemimpin dan pendiri Pergerakan Lima Bintang, Beppe Grillo menyerukan agar pemilu digelar dalam waktu seminggu setelah referendum digelar. "Demokrasi adalah pemenangnya," sebut Grillo.
Sebagian besar pengamat menyebut digelarnya pemilu lebih awal kemungkinan tidak akan terjadi. Menurut pengamat, perkiraan skenario yang akan terjadi adalah pemerintahan Renzi digantikan oleh seorang pelaksana tugas dari Partai Demokrat yang berkuasa. Partai yang menaungi Renzi itu kemudian akan menggelar pemilu sesuai jadwal yakni pada musim semi tahun 2018.
Berbagai perkiraan mengarah pada Menteri Keuangan Pier Carlo Padoan sebagai kandidat favorit pengganti Renzi sebagai PM Italia. Kemudian Renzi akan tetap duduk sebagai Ketua Partai Demokrat, sembari menunggu kesempatan kembali lagi ke pemerintahan pada pemilu selanjutnya.
(nvc/ita)