Dilaporkan kantor berita resmi China, Xinhua, seperti dilansir AFP, Sabtu (3/12/2016), ledakan itu terjadi di salah satu tambang batu bara milik swasta di kota Qitaihe, Provinsi Heilongjiang, pada Selasa (29/11) malam waktu setempat. Sebanyak 22 pekerja tambang terjebak di bawah tanah.
Upaya penyelamatan besar-besaran pun dilakukan. Namun sayangnya, disebutkan Xinhua, upaya itu terhambat oleh puing-puing bekas ledakan yang menutupi sejumlah terowongan bawah tanah di area tambang itu.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
China merupakan negara penghasil batu bara terbesar di dunia. Insiden mematikan di kawasan tambang semacam ini, cukup sering terjadi.
Pada November lalu, sedikitnya 33 pekerja tambang tewas dalam ledakan di lokasi kerja mereka di Chongqing. Kemudian pada September, sedikitnya 18 orang lainnya tewas dalam ledakan di area tambang wilayah Ningxia.
Terlepas dari hal itu, otoritas setempat mengklaim bahwa jumlah korban tewas dalam insiden di area tambang mengalami penurunan dalam satu dekade terakhir. Menurut otoritas setempat, jumlah korban tewas dalam insiden di area tambang mencapai angka kurang dari 1.000 orang dalam setahun.
Namun sejumlah kelompok HAM setempat bersikeras menyebut, jumlah korban tewas dalam insiden di area tambang justru semakin meningkat, karena banyak yang tidak dilaporkan kepada otoritas setempat.
(nvc/bpn)











































