Dalam laporannya soal ancaman ISIS terhadap Uni Eropa, seperti dilansir Reuters, Jumat (2/11/2016), Europol menyebut bentuk serangan paling mungkin ialah seperti yang terjadi dalam beberapa tahun terakhir, mulai dari penembakan massal, bom bunuh diri, penikaman hingga serangan individu lainnya.
Europol menyebut, serangan bom mobil dan penculikan yang marak terjadi di Suriah, bisa menjadi taktik baru di Eropa. Sedangkan lokasi-lokasi yang dilindungi seperti pembangkit listrik dan pusat tenaga nuklir, menurut Europol, tidak berpotensi menjadi target utama.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Europol juga menyatakan, kemungkinan besar ISIS akan menyusup ke dalam komunitas pengungsi Suriah di negara-negara Eropa dan memicu rasa permusuhan di kalangan imigran kepada otoritas Uni Eropa.
"Jika IS (nama lain ISIS) dikalahkan atau melemah secara signifikan di Suriah dan Irak oleh pasukan koalisi, mungkin akan terjadi peningkatan jumlah militan asing dan keluarganya yang kembali dari kawasan itu (Suriah dan Irak) ke Uni eropa atau ke wilayah konflik lainnya," demikian pernyataan Europol.
Laporan Europol menyebut ISIS mulai merencanakan serangan dan mengirimkan anggotanya ke Eropa dari wilayah Libya. Kendati demikian, Direktur Europol, Rob Wainwright, menyatakan bahwa negara-negara Uni Eropa telah meningkatkan kerja sama keamanan dalam beberapa tahun terakhir, yang memicu penggagalan lebih banyak rencana serangan teror.
"Meski demikian, laporan hari ini menunjukkan bahwa ancaman itu masih tinggi dan termasuk juga beragam komponen yang hanya bisa dicegah oleh kerja sama yang lebih baik," tandas Wainwright.
(nvc/ita)