Perang nuklir tersebut nyaris terjadi pada tahun 1962 setelah Uni Soviet menempatkan hulu ledak nuklir di Kuba dan diarahkan ke Amerika Serikat. Ancaman keamanan dunia tersebut akhirnya dapat diselesaikan lewat perundingan alot antara Presiden AS saat itu, John F. Kennedy dengan pemimpin Uni Soviet Nikita Khrushchev.
Seperti dilansir dari The New York Times, Sabtu (26/11/2016), pada tahun 1962, Castro menggelar pertemuan rahasia dengan pemimpin Rusia Nikita Khrushchev untuk melindungi pemerintahannya dan rakyat Kuba dari agresi AS, yang merupakan rivalnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Pemerintah Uni Soviet saat itu mengkhawatirkan pengerahan rudal balistik AS di Italia dan Turki. Soviet pun membuka pangkalan militer di Kuba atas izin Fidel. Namun pemerintah AS kemudian mengetahui soal keberadaan rudal-rudal Soviet tersebut. Presiden Kennedy pun memerintahkan pasukan militer AS untuk siaga dan memerintahkan blokade laut atas Kuba. Kedua negara terlibat ketegangan selama 13 hari, yang membuat dunia saat itu menahas napas.
Namun akhirnya, setelah melalui perundingan, Soviet setuju untuk menarik rudal-rudalnya dan menutup pangkalan militernya di Kuba. Hal ini dilakukan Soviet setelah AS menjamin untuk memindahkan rudal-rudalnya dari Turki dan tidak akan menginvasi Kuba.
Krisis rudal menegangkan yang berlangsung selama 13 hari pada16-28 Oktober 1962 tersebut, pun berakhir damai. Namun sejak itu, Kuba dan AS tetap menjadi musuh hingga tahun 2014, saat Presiden AS Barack Obama mengusulkan pemulihan hubungan antara kedua negara tetangga itu.
(ita/ita)











































