Dalam laporan terbaru ATSB, seperti dilansir Reuters, Rabu (2/11/2016), hasil analisis terhadap puing sayap pesawat menunjukkan bahwa MH370 tidak melakukan persiapan untuk melakukan pendaratan, saat menghilang pada Maret 2014 lalu.
Laporan itu juga menyebut, komunikasi satelit dari MH370 konsisten dengan kondisi pesawat saat mengalami penurunan ketinggian secara cepat, sebelum menghilang. Istilah lainnya menyebut, MH370 menukik tajam sebelum menghilang tanpa jejak.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Direktur ATSB Peter Foley menuturkan, analisis bagian flap sayap pesawat semakin menguatkan keyakinan atas dugaan soal apa yang sebenarnya menimpa MH370.
"Pesawat itu mungkin berada dalam posisi 'tidak memanjang' yang berarti pesawat tidak dalam persiapan untuk pendaratan (normal) atau mendarat di atas air," sebut Foley, merujuk pada proses 'pemanjangan' bagian flap pada sayap pesawat untuk mengurangi kecepatan saat bersiap mendarat.
"Anda bisa menarik kesimpulan Anda sendiri apakah itu berarti ada seseorang yang mengendalikannya atau tidak," imbuhnya.
Pertanyaan soal intervensi manusia saat pesawat menukik, menjadi penting karena jika pesawat terbang meluncur, maka puing-puing pesawat akan berada di luar zona pencarian saat ini. Zona pencarian MH370 saat ini mencakup perairan di Samudera Hindia bagian selatan seluas 120 ribu kilometer persegi.
Otoritas terkait mengasumsikan bahwa MH370 tidak memiliki 'input' saat menukik dengan cepat, yang artinya tidak ada pilot atau kesadaran pilot saat itu. Diyakini otoritas terkait bahwa MH370 terbang dalam mode 'auto-pilot' dan terbang secara spiral ketika kehabisan bahan bakar, sebelum akhirnya menukik.
(nvc/ita)











































