Seperti dilansir Reuters, Kamis (19/10/2016), unjuk rasa ini terjadi saat Presiden Filipina Rodrigo Duterte berkunjung ke Beijing, China dalam rangka memperkuat hubungan diplomatik, setelah hubungan kedua negara sempat memburuk sebelumnya.
Unjuk rasa ini digelar oleh kelompok aktivis sayap kiri bernama Bayan. Mereka menyerukan agar tentara AS di Mindanao keluar dari Filipina segera.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Foto: REUTERS/Romeo Ranoco |
Kepada wartawan, Sekjen Bayan, Renato Reyes menyebut polisi menangkap 29 demonstran dalam aksi itu. Sedangkan sedikitnya 10 orang lainnya dilarikan ke rumah sakit usai ditabrak mobil polisi yang berusaha membubarkan massa.
"Jelas tidak ada pembenaran (untuk kekerasan polisi)," tegas Reyes.
"Bahkan Presiden (Duterte) mengakui kebijakan luar negeri yang mandiri, kepolisian Filipina masih saja bertindak seperti pengikut AS," imbuhnya.
Foto: REUTERS/Romeo Ranoco |
Dalam serangkaian pernyataannya, Duterte pernah menghina Presiden AS Barack Obama dan Duta Besar AS untuk Filipina karena mengkritik kebijakannya memerangi narkoba dan kriminal. Duterte mencetuskan Obama untuk 'pergi ke neraka' dan mengancam akan memutuskan hubungan dengan AS.
Namun selang 3 minggu setelah retorika anti-AS itu, Duterte menyatakan Filipina akan mempertahankan kesepakatan pertahanan yang sudah ada dan kemitraan militer dengan AS. Komentar-komentar Duterte yang anti-AS memicu kegelisahan warga AS dan bisnis AS yang ada di Filipina.
(nvc/ita)












































Foto: REUTERS/Romeo Ranoco
Foto: REUTERS/Romeo Ranoco