"Cukup dua kata untuk menggambarkan perasaan saya saat ini: bersyukur dan rendah hati," ucap Guterres yang mantan Perdana Menteri Portugal ini dalam pernyataannya di Kementerian Luar Negeri Portugal di Lisbon, seperti dilansir AFP, Jumat (7/10/2016).
"Bersyukur tapi juga rendah hati. Rendah hati dalam menghadapi persoalan dramatis di dunia akhir-akhir ini dan kerendahan hati dibutuhkan untuk mengabdi, dan khususnya untuk mengabdi pada mereka-mereka yang paling lemah," imbuhnya.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
Baca juga: Dewan Keamanan PBB Resmi Pilih Antonio Guterres Jadi Pengganti Ban Ki-moon
Pernyataan ini merupakan pertanyaan publik pertama Guterres setelah Dewan Keamanan PBB secara resmi memilihnya sebagai pengganti Ban Ki-moon pada Kamis (6/10) waktu setempat. Guterres menjabat PM Portugal pada tahun 1995-2002, kemudian menjabat Kepala Badan Pengungsi PBB atau UNHCR hingga Desember tahun lalu.
Guterres menjadi Sekjen PBB ke-9, namun dia menjadi yang pertama yang memiliki latar belakang mantan kepala pemerintahan. Sebelumnya, jabatan Sekjen PBB lebih banyak dipegang oleh mantan Menteri Luar Negeri (Menlu), termasuk Ban yang merupakan mantan Menlu Korea Selatan.
Guterres selama satu dekade, dari Juni 2005 hingga Desember 2015, memperjuangkan hak para pengungsi dan imigran di dunia. Dia berulang kali memperingatkan bahwa jutaan pengungsi yang melarikan diri dari konflik Suriah, Irak, Afghanistan dan beberapa negara yang dilanda konflik lainnya, akan beralih ke Eropa jika negara-negara seperti Turki dan Yordania tidak lagi menerima bantuan untuk menangani populasi pengungsi mereka.
![]() |
Guterres menegaskan agar, negara-negara kaya perlu menampung lebih banyak pengungsi dan imigran. "Ketika orang-orang mengatakan mereka tidak bisa menerima pengungsi Suriah karena mereka muslim, orang-orang yang mengatakan itu sama saja mendukung organisasi teroris dan membiarkan mereka (teroris) lebih efektif merekrut lebih banyak orang," ucapnya pada Desember 2015 sebelum mengakhiri jabatannya.
Kepemimpinan Guterres di UNHCR selama dua periode membawa reformasi dalam struktur internal badan pengungsi PBB itu, termasuk saat mengurangi jumlah staf di markas PBB yang ada Jenewa, Swiss hingga sepertiganya. Langkah pengurangan staf itu memacu kapasitas UNHCR dalam menanggapi krisis internasional, dengan mengerahkan lebih banyak staf lebih dekat ke lokasi.
Di Portugal, Guterres sangat dikenal dan bahkan disebut-sebut sebagai calon presiden yang ideal. Namun Guterres menolak tawaran untuk maju pencapresan dengan alasan, dirinya lebih memilih 'bermain bola' daripada menjadi 'wasit'. "Saya suka bertindak, berada di lapangan, saya suka hal-hal yang memaksa saya untuk terlibat langsung secara permanen," ujarnya dalam wawancara dengan televisi Portugal, RTP, pada Januari lalu.
Baca juga: Mantan PM Portugal Akan Menjadi Sekjen PBB Baru Gantikan Ban Ki-moon
Guterres lahir di Lisbon pada 30 April 1949 dan bergabung dengan Partai Sosialis Portugal usai revolusi anyelir tahun 1974 silam yang mengakhiri kediktatoran di Portugal. Pria yang juga lancar berbahasa Inggris, Prancis dan Spanyol ini menjadi Sekjen Partai Sosialis tahun 1992 dan terpilih menjadi PM Portugal tahun 1995.
Di bawah kepemimpinannya, Portugal mengalami pertumbuhan ekonomi yang pesat dan bahkan menikmati kondisi nyaris full employment, dengan nyaris seluruh warga mendapat pekerjaan yang layak dan membantunya menetapkan jaminan upah minimum.
(nvc/trw)
Hoegeng Awards 2025
Baca kisah inspiratif kandidat polisi teladan di sini