Hal itu disampaikan Menteri Luar Negeri Australia Julie Bishop dalam wawancara dengan media Australian Broadcasting Corporation (ABC) seperti dilansir kantor berita AFP, Senin (3/10/2015). Bishop pun menyinggung kemungkinan adanya pengadilan gaya Lockerbie.
Australia ikut serta dalam penyelidikan pidana yang dipimpin Belanda atas tragedi jatuhnya MH17 di Ukraina timur pada Juli 2014, yang menewaskan 298 orang, termasuk 38 warga negara Australia. Sebagian besar penumpang merupakan warga negara Belanda.
Penemuan awal yang dirilis sebelumnya pada pekan ini menyimpulkan, pesawat Boeing 777 itu ditembak jatuh oleh sebuah rudal yang dikirim dari Rusia. Penyelidikan itu juga mengidentifikasi sekitar 100 orang yang diyakini "berperan aktif" dalam mengirimkan sistem rudal tersebut.
SCROLL TO CONTINUE WITH CONTENT
"Pada tahap ini, kami meminta Rusia untuk bekerja sama, memastikan bahwa mereka dapat memberikan semua bantuan yang memungkinkan untuk tim penyelidikan gabungan, sehingga mereka yang bertanggung jawab dapat diadili," kata Bishop.
Menurut Bishop, ada beberapa opsi jika Rusia memveto upaya para penyidik untuk mendapatkan dukungan dari Dewan Keamanan PBB, termasuk pembentukan pengadilan oleh komunitas internasional, pengadilan gaya Lockerbie, atau penuntutan domestik di Belanda.
"Bisa dilakukan penuntutan gaya Lockerbie, sebuah pengadilan yang dibentuk oleh masyarakat internasional," ujar Bishop. "Atau bisa pula dilakukan penuntutan di dalam negeri, katakanlah, Belanda -- selama mereka memiliki kekuatan ekstradisi dan sejenisnya," imbuhnya.
Belanda telah membahas peluang dilakukannya pengadilan internasional, mirip dengan pengadilan yang digelar menyusul terjadinya pengeboman Lockerbie pada 1988, ketika pesawat Pan Am 103 meledak saat terbang melintas di atas wilayah Skotlandia. Sebuah pengadilan khusus di Skotlandia dibentuk di Belanda untuk memfasilitasi pengadilan dua warga Libya yang didakwa atas tragedi itu. Namun akhirnya, warga Libya, Abdelbaset Ali Mohmet al-Megrahi dinyatakan bersalah pada tahun 2001 atas pengeboman itu. Hingga kematiannya pada tahun 2012, pria Libya itu tetap bersikeras dirinya tidak bersalah. (ita/ita)